5. Persiapan Pembukaan

1.9K 242 13
                                    


"Tapi lu masangnya kebalik, Dilaaaan.."

Rendi si sumbu pendek mulai mengomel pada laki-laki dengan kemeja flanel abu-abu dan kaus putih yang berdiri di tangga lipat, untuk memasang banner pembukaan KKN.

Jean mana tahu kalau bannernya terbalik. Dari posisinya sekarang, dia tidak bisa melihat apakah banner sudah terpasang sempurna apa belum. Makanya itu Rendi dari bawah membantu melihatnya, tapi dari tadi ia di salah-salahkan terus oleh laki-laki berhoodie coklat di bawah itu.

Balai desa sedang sibuk dengan kegiatan dekor mendekor. Ada juga yang mengurus konsumsi, merapihkan bangku, dan menyebar undangan.

"Tau ah, pegel gue." Jean menggerutu, dengan banner yang masih menggantung miring di tembok.

"Sini, gue gantiin."

Bagaikan pahlawan yang datang di saat yang tepat, Jean merasa bersyukur sekali ada Gino. Laki-laki itu langsung turun dari tangga, kemudian memberikan banner pada Gino. Dan di tangan Gino, akhirnya banner terpasang sempurna, hingga mendapatkan acungan jempol dari Rendi.

"Sans.. entar gue beli tuh toko sama isi-isinya."

Suara Calvin terdengar. Laki-laki itu terlihat berjalan masuk sambil berbicara pada Haidar di sisinya. Wajah Haidar terlihat masam. Entah ada masalah apa dengan mereka yang tadi pergi dan baru muncul di Balai Desa siang ini.

"Elu tanya lah ke kasirnya apa petugasnya, gitu." Suara Aji, yang juga berjalan bersisian dengan mereka.

"Udah. Sistemnya lagi eror." Jawab Haidar, kesal.

"Lu benerin lah, Dar. Kan anak IT." Kata Aji lagi.

Dengan entengnya si Aji berkata seperti itu, membuat Haidar langsung melotot dan berkacak pinggang padanya.

"Yang kaya gini nih, yang bikin gue pengen memaki. Di kata anak IT bisa sulap semua sistem trouble jadi bener?!"

Aji menyengir. "Hehehe, Yaudah seh, Dar, santuy..."

"Yang kaya gini ngajarin kita," Calvin bersuara sambil menggerakkan bola matanya ke atas dan bawah, menatap Aji dengan tatapan remeh.

Haidar menambahkan, "Mau ceburin dia ke empang sebelah mana, Vin?"

"WEET, SANTUY!" Pekik Aji dengan kedua telapak tangan yang ia gerakan kedepan.

"Kenapa sih lu pada? udah kaya emak-emak keabisan diskon bulanan."

Akhirnya Gino bertanya. Dari tadi penasaran sekali. Ada masalah apa sebenarnya, hingga temannya seheboh ini. Seperti club sepak bola mereka kalah dalam pertandingan final.

"Gue sama Haidar abis dari toko material. Buat beli paku sama alat-alat lainnya. Tapi malah di suruh cari sendiri sama karyawannya. Lah, kita emang sering ke sana ya, Breh? Mana tokonya segede Kwangya. Udah ngubek-ngubek, ujung-ujungnya malah bilang kosong, gimana engga kesel?" Terang Calvin dengan emosi yang kembali membara.

"Lu cari tempat lain, lah." Kata Jean, mulai ikutan nimbrung.

Calvin menyahut, "Pinter. Udah dari tade gue kasih tauk, mending cari tempat lain jae." Katanya pada Haidar.

"Gblk ye, Calvin. Di situ udah toko material terkomplit sedesa Asmara." Sewot Haidar.

"Kalian dari desa Asmara ya? Kok engga bilang-bilang?"

Suara Kaniya terdengar diantara keributan yang ada. Mendengar tadi katanya Haidar dan Calvin ke kampung Asmara untuk mencari toko material.

"Aku mau tarik uang di sana." Kata Kaniya lagi.

KKN Di Desa Kasmaran | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang