7. Malam Evaluasi

1.4K 187 24
                                    

Hai, aku update dua part nih!
Makasih yaa yang udah mampir untuk merapat 😄

Semoga engga bosen bacanya...

Enjoy!
____________________












Langit sudah gelap. Suhu juga mulai menurun, semakin lama semakin dingin. Namun, Kumpulan laki-laki dan perempuan itu justru sedang berada di luar.

"Puji Tuhan, acara tadi berjalan lancar.. meski ada sedikit kendala, tapi syukurnya itu engga terlalu ngaruh. Bukan berarti kedepannya di ulangin lagi. Gue harap kita bisa sama-sama belajar dari acara hari ini, buat kegiatan-kegiatan lainnya yang akan kita laksanain nanti." Kata si ketua, Marchel.

Lingkaran manusia itu, sedang duduk di saung bambu untuk evaluasi terkait acara pembukaan KKN yang digelar tadi pagi. Karena orangnya terlalu banyak, dan saungnya juga kurang besar, Haidar, Aji, dan Rendi mengalah untuk mengambil bangku dari teras posko laki-laki dan menaruhnya di dekat saung.

Gino menambahkan, "Saran gue, kalo misal kalian engga bisa melakukan sesuatu jangan di paksain. Kita kan di sini bareng-bareng, engga ada salahnya minta bantuan. Terus juga kalo ada apa-apa itu, langsung kabarin di grup, biar semuanya tau," laki-laki itu duduk bersila di samping Marchel. Kemudian melihat dua gadis di depannya.

"Lia sama Giselle, gue tau kalian punya tanggungjawab, sebagai sekertaris. Buat undangan sama persuratan itu emang gampang, tapi jangan di gampangin. Kemarin kalian ada kesulitan kan pas bikin undangan?"

Gino menyingung permasalahan yang sempat dialami dua sekertarisnya.

"Iya... Laptopnya Giselle tiba-tiba hang, dan filenya ilang. Terus mau bikin ulang di laptop ku, tapi lemot, dan akhirnya bikin undangan pake laptop Marchel kan, kemarin?" Tutur Lia.

"Itu juga karena ketauan sama kita, kalo engga?" Gino tidak memarahi, dia hanya ingin menegaskan. "Kalo misalkan kemarin Marchel engga nanya dan liat progres kalian, apa undangan bakalan jadi tepat waktu?"

Lia dan Giselle menggeleng. Mereka tahu mereka salah.

Gino menghela nafasnya. Nada suaranya melunak. "Lain kali... Kalo ada kendala, engga usah sungkan buat minta bantuan. Emang siapa di sini yang keberatan kalo di mintain tolong?"

Pertanyaan Gino berlaku untuk semua anggota.

"Nih," telunjuk Haidar menunjuk ke tepat di atas kepala Rendi.

Yang langsung di tepis oleh si pemilik kepala. "Ck, apaan sih. Gue mau ya bantuin. Lo kali tuh yang pilih-pilih kalo mau bantuin orang." Tuduhnya pada Haidar.

"Enak aja..." Haidar baru akan mau ribut dengannya, tapi Aji yang duduk di tengah mereka membentangkan tangan lebar-lebar, melerai keduanya.

"Ck, sshh.. udah, udah.. malu sama umur."

Begitulah jadinya kalau Haidar disatukan dengan Rendi. Ribut.

Tapi memang dasarnya Haidar dimana-mana hobinya ngajak ribut sih.

Mereka berdua mendengus. Aji tersenyum. Dan evaluasi kembali kondusif.

"Iya, gue sama Lia bakalan belajar dari masalah kemarin. If there's a problem again, I'll ask for help. Sorry about that." Kata Giselle akhirnya.

Gino dan Marchel tersenyum, memaklumi.

Tidak salah memang Marchel terpilih menjadi ketua dan Gino sebagai wakil, yang sama-sama tegas dan bertanggungjawab. Lia dan Giselle juga sangat pintar dan tanggap menjadi sekertaris, hingga permasalahan surat kemarin tidak begitu rumit. Hanya kurang, inisiatif untuk meminta tolong.

KKN Di Desa Kasmaran | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang