27. Rasa Kepedulian

237 28 2
                                    

Setelah sampai di rumah Jiro langsung disuruh untuk beristirahat di kamar oleh kakaknya. Sena juga menyelimuti adiknya yang mengeluh kedinginan, tidak lupa mematikan AC kamar juga.

"Tunggu bentar, gue mau turun dulu"

"Ngapain?" tanya Jiro sebelum kakaknya menghilang dari balik pintu.

"Jemput dokternya lah!" jawab Sena sedikit galak, "liat! baik banget kan gue!?"

"Iya-iya kakakku sayangg" balas Jiro sambil terkekeh.

Sena mendengus kesal. Lalu dia berjalan turun ke bawah dengan cepat karena dokter sudah menunggu di bawah. Tepat saat Sena membuka pintu seseorang dengan pakaian formal berdiri disana memegang tas kerja dan berkacamata.

"Dokter Asena ya?" tanya Sena ramah.

Dokter Asena tersenyum, "Iya"

"Ohh, mari masuk. Pasien sudah menunggu, nanti keburu tidur" dokter Asena mengangguk kemudian mereka berjalan masuk ke dalam rumah bersama.

Di ruang tamu Helena muncul menatap bingung Sena bersama seseorang yang tidak ia kenal di belakang anaknya.

"Sena" panggil Helena.

Sena berhenti dan menoleh, "Apa ma?"

"Dia siapa?"

"Ohh, ini dokter Asena. Yang pas waktu itu rawat Jiro di rumah sakit, pas Jiro kena hipotermia"

"Terus kenapa kamu panggil dokter kesini? kamu sakit?"

Sena menggeleng, "Bukan, tapi anak tiri mama tuh sakit mulu kerjaannya, ngerepotin orang aja"

"Eh, dokter ke atas dulu gakpapa. Itu kamar yang pintunya gak ditutup kamarnya Jiro" ucap Sena pada dokter Asena.

"Yaudah, saya permisi dulu ya, Sena, bu" pamit Dokter Asena, tersenyum ramah pada keduanya sebelum pergi.

Helena mencekal tangan Sena yang hendak pergi juga, "Kamu mau kemana?"

"Ke dapur ma"

"Ngapain?"

"Buat--- eh, mama aja gimana? aku mau temenin dokter di atas"

Helena mengernyit, "Mama? mama harus ngapain?"

"Buatin bubur buat Jiro ya, ma?" pinta Sena.

"Kenapa mama?"

Sena menghela nafas, "Kan mama ibunya! gimana sih!"

"Ibu tiri" jawab cepat Helena.

"Sama aja, buatin ya ma? gak usah dikasih apa-apa, garem aja"

"Buat sendiri sana. Kan kamu yang peduli"

"Jadi, mama gak peduli gitu? Jiro lagi sakit ma"

Helena mengambil ponsel lalu duduk di kursi, "Dia bukan anak mama, kalo kamu mau rawat dia ya silahkan. Biasamya juga sembuh sendiri tanpa dirawat"

"Mama makin kesini kok gak ada perubahannya sih?? aku masih bingung salah Jiro sama mama itu apa? perasaan masalah Jiro sama ayah doang deh"

"Kamu juga kan? kamu emang suka sama adik tirimu itu?? kamu peduli juga karna terpaksa kan? kalo kamu gak mau, yaudah gak usah. Lagian anak itu gak minta dirawat" balas Heena tak mau kalah dengan argumen anaknya.

Sena tiba-tiba bungkam. Kalau soal ini dia tidak bisa menjawab. Dia sendiri tidak paham dengan perasaannya. Ada rasa tidak suka, tapi ada rasa peduli juga. Rasa peduli itu semakin besar dan hampir menjadi kasih sayang. Tapi setiap Sena mencoba untuk memperlihatkan kasih sayang itu, selalu ada hal yang membuatnya mengingat kembali kalau dia tidak menyukai adik tiri.

Jiro Dan Ceritanya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang