36. Melindungi

291 32 1
                                    

1 minggu sudah berjalan. Hari ini Andra menitipkan Jiro sebentar pada seorang perawat karena ia ingin mengunjungi istrinya yang berada dibalik jeruji besi. Sudah lama ia tak melihat Helena, bagaimanapun juga Andra tak bisa menyalahkan Helena atas semua yang sudah terjadi. Karena Andra lah yang menjadi awal dari segalanya.

Kini, ia sedang menunggu di sebuah ruangan khusus untuk kunjungan. 5 menit sudah berlalu sejak ia duduk disana sendirian menunggu kedatangan sang istri.

Terdengar derit suara pintu yang dibuka mengilukan pendengaran Andra. Kepalanya mendongak melihat siapa yang datang.

"Waktu kalian hanya 15 menit" kata seorang polisi wanita yang membawa Helena.

Andra dan Helena duduk berhadapan. Beberapa menit terbuang sia-sia karena mereka malah saling pandang dalam diam. Tak ada yang mau mengawali atau lebih kita sebut sebagai canggung.

"Apa kabar Hel, kamu sehat disana?" ucap Andra mengawali percakapan.

Helena mengangguk sebagai jawaban. Tapi ia sudah tak menatap suaminya lagi. Kedua matanya tertuju pada sepasang sandal yang ia pakai dibawah sana.

"Sena baik-baik aja sama aku, gak usah khawatirin dia. Kamu juga jaga kesehatan disini, kalo kamu sakit nanti Sena sedih"

"Iya..." jawab Helena sangat lirih.

Andra menarik nafas dalam-dalam, "Maafin aku.. harusnya bukan mereka berdua yang kamu bunuh. Semuanya berawal dariku kan? kenapa bukan aku aja yang kamu habisi?"

Andra menatap Helena yang tetap bungkam di depannya. Wajah sang istri jauh dari kata baik. Murung, kusam, bibir kering, mata panda, dan sedikit pucat. Apakah istrinya sakit?

"Semuanya emang salahku, aku sadar dan mengakui itu. Aku gak tau gimana cara aku bisa nembus kesalahan besarku------------------ "

"Tolong jagain Sena buat aku. Cuma itu... tolong pastiin dia baik-baik aja dan tumbuh dengan sehat" jawab Helena memotong kalimat Andra yang belum selesai.

"Kalo itu pasti Helena. Aku gak mungkin telantarin anak kamu, dia juga anak aku kan? aku bakal sayangi dia kaya biasanya. Gak usah khawatir soal Sena, dia bakal baik-baik aja sama aku. Kamu bisa percaya aku kali ini, aku bakal bener-bener jagain Sena buat kamu"

"Makasih... cuma itu permintaanku"

"Tapi semuanya belum selesai Andra."

Belum sempat Andra membalas kalimat Helena waktu bicara mereka sudah habis. Polisi wanita tadi segera membawa Helena pergi kembali ke dalam sel nya.

Tiba-tiba Andra merasa cemas, ia takut jika Helena melakukan hal-hal diluar nalar lagi. Mulai hari ini Andra akan menjaga anak-anaknya dengan baik, terutama Jiro. Entah kenapa Andra merasa akan terjadi sesuatu yang besar nanti.

Karena masih terhitung cukup pagi Andra ingin mampir dulu sebentar ke makam mendiang istrinya, Ainna. Ia yakin Jiro belum bangun karna semalam anak itu disuntik obat tidur karena mengalami kesakitan yang sama persis seperti 1 minggu yang lalu.

Di perjalanan beberapa kali Andra melamun. Ia memikirkan bagaimana jika perkiraan dokter Asena itu benar? Andra sangat takut... ia tidak ingin anaknya sakit seperti ini. Ternyata melihat seorang anak sakit bisa membuatnya penuh gelisah dan khawatir setiap saat.

"Semoga semuanya cepat kembali baik-baik saja" gumamnya.

Tak lama ia sampai di gerbang pemakaman. Memasuki area pemakaman aura seketika berubah, apalagi ditambah suasana mendung yang seperti sedang membendung hujan agar tak turun.

Andra berhenti tepat di depan makam mendiang istrinya. Kedua matanya menatap sendu makam itu selama beberapa saat. Batu nisan itu seakan sedang memarahinya yang sudah gagal memenuhi pesan. Baru kali ini ketika Andra berkunjung hatinya gusar dan takut, takut menghadap sang istri, takut apakah ia akan mendapat sebuah maaf?

Jiro Dan Ceritanya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang