20. Kakak itu baik

312 36 7
                                    

Setiap bagian dari sebuah kehidupan sudah pasti akan ada sakit, luka, dan bahagia. Itu adalah hal lumrah dalam hidup. Saat kita bersedih dan menderita, percayalah jika Tuhan sudah menyiapkan kejutan untuk kita. Begitu juga saat kita merasa bahagia.

Setelah kedinginan pasti ada kehangatan. Sensasi rasa hangat selayaknya sebuah pelukan Jiro rasakan. Matanya bergerak pelan untuk terbuka. Sinar lampu yang terang menyilaukan matanya. Dia di surga atau sedang bermimpi?

"Sudah bangun kamu?"

Jiro melirik ke sebelah kanan dimana ada seseorang yang tengah berdiri sembari bersedekap dada. Dari postur tubuhnya yang tegap dan tegas ia sangat mengenali siapa orang ini.

"Ayah?"

"Ayah ini dimana?" tanya Jiro dengan suara terlampau pelan.

"Rumah sakit"

"Siapa yang bawa Jiro kesini?"

"Tuhh" Andra menggedikkan dagunya ke arah depan. Tepatnya ke sebelah kiri brankar Jiro.

Sena sedang bersantai sembari mengepang rambutnya yang mulai memanjang. Semalam Sena ingin potong rambut, tapi saat melihat seseorang sedang kesakitan di pinggir jalan ia berniat menolong. Tapi ternyata itu adiknya sendiri. Dia pun segera menolong Jiro karena tubuh adiknya sedingin mayat, dan menunda acara potong rambutnya.

"Apa lo liat-liat?? ngutang lo sama gue??" ketus Sena.

Jiro sadar dia sedang memakai masker oksigen. Ia tidak bisa berbicara dengan leluasa, kalau ia lepas pun Jiro belum yakin sudah bisa bernafas dengan normal.

"Ayah kan sudah bilang, berhenti aja. Ini nih kalo dibilangin ayah sendiri gak nurut. sakit kan?? nyusahin aja"

"Sekarang siapa yang repot?! semua orang! kasian juga guru-guru kamu kalo harus nyari anak baru buat gantiin kamu. Udah dibilang berhenti dari awal gak mau, sekarang sakit malah nyusahin banyak orang!"

"Udah tau penyakitan mending kamu diem aja, gak usah nyoba-nyoba hal baru. Kalo drop gini malah nyusahin!!"

Sena menutup telinganya mendengar ocehan panjang sang ayah. Bagaimana Jiro bisa tahan dengan ini semua? kalau Sena ada di posisi Jiro lagi sudah mengambil lakban dan menempelkannya di mulut sang ayah.

"Denger gak kamu?! kalo mau maju banyak konsekuensinya, kamu punya tanggungjawab besar! itu makanya ayah gak mau kamu ikut! lihat sendiri kan hari ini apa yang terjadi sama reaksi tubuh kamu!?"

"Ayah capek ngurusin anak yang sakit-sakitan terus, emang kamu gak capek!? dasar anak menyusahkan!"

"Ayah udah deh jangan marah-marah mulu! kasihan itu Jiro lagi sakit yah!" lerai Sena, kesal dengan tingkah sang ayah.

Yang dicaci sejak tadi hanya diam tanpa bisa menjawab. Karena apa yang dikatakan sang ayah adalah benar dan fakta. Dia memang spesies manusia yang menyusahkan.

"Kamu ngapain bela adikmu!? mau ikutan lawan ayah?!"

"Ayah kenapa sih?! sensi amat! pms ya?!"

Andra dengan segala rasa kesalnya pergi meninggalkan ruang rawat Jiro. Sedangkan anak bungsunya yang sedang sakit merasa sangat sedih. Baru saja membuka mata sudah disuguhi oleh sakit yang tidak ada duanya.

Terlalu dalam mendalami perasaan sedihnya sampai tak menyadari jika ada yang sejenak menggenggam tangannya, tadi.

"Gak usah sedih, ayah lagi pusing bayar utang perusahaan paling" ucap Sena mencairka suasana.

"Makasih kak Sen" balas Jiro dengan suara sedikit serak hampir hilang.

"Hm" jawab Sena dengan dehaman. Dia duduk di kursi yang berada di sebelah brankar sang adik.

Jiro Dan Ceritanya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang