21. Masa lalu ayah

279 25 1
                                    

Andra terdiam menatap senja di belakang bianglala. Sembari duduk di depan jendela ditemani secangkir kopi hangat dan roti bakar buatannya sendiri. Belum ada yang berkurang dari keduanya masih utuh seperti bentuk awalnya.

Dalam kesunyian ini ingatan Andra berputar ke masa lalu. Dulu, ia dan sang istri sering kali duduk bersama disini berbincang-bincang kecil dan saling menukar tawa. Namun, hari ini Andra melakukannya sendiri. Ia rindu dengan senyuman manis yang selalu membuat hati kecilnya bahagia. Mendengar suara lembut yang membuat tenang hatinya. Andra tidak pernah menyangka jika semua itu akan sirna dalam waktu secepat ini. 

"Kapan kita bertemu lagi, Na?" tanyanya pada senja di ujung sana, "aku sudah sangat rindu.. pergimu terlalu cepat" katanya lirih, sambil mengeratkan cardigan sebab angin sore berhembus semakin kencang.

Pandangan Andra turun menatap seseorang yang tengah berkutat dengan sesuatu di bawah sana. Duduk di taman ditemani ikan-ikan peliharaan Ainna yang masih hidup. Di belakangnya ada Sena yang sejak tadi setia menemani. Andra mendengar mereka bertengkar dari atas sini.

Perasaan bersalah selalu menyerang telak jantungnya setiap melihat wajah anaknya, "Jiro... apa itu benar kamu? ayah selalu ragu, tapi disisi lain ayah juga percaya" ujarnya entah pada siapa.

"Ragu apa, Andra?" celetuk Helena, datang dari pintu kemudian ikut duduk bersama sang suami di samping jendela kamar.

Andra menyadari kehadiran Helena namun, ia belum mau meninggalkan bianglala yang masih berada dalam jangkauan mata nya. Tidak ada yang suami dan istri itu obrolkan selama beberapa menit. Helena bersandar pada kursi rotan yang sama persis dengan uang diduduki Andra. Suasana tenang ini selalu mereka dapatkan, tapi entah kenapa keduanya sama-sama merasa asing. Seperti ada sesuatu yang janggal di tengah hubungan mereka.

"Aku juga bingung Hel, apa anakku benar-benar bisa disalahkan untuk semua ini? aku rasa... ini gak adil buat dia" jawab Andra, setelah lama ditunggu oleh Helena.

"Semua emang gak adil untuk orang jahat" balas sang istri

"Hel, kamu inget apa yang Jiro bilang beberapa waktu lalu? dia bilang kasus Ainna dihentikan? siapa yang berhentiin kasus itu? aku pikir kasusnya berhenti karna waktunya udah terlalu lama, tapi ternyata enggak? kamu.. tau sesuatu gak?" tanya Andra, beruntun.

Helena diam sejenak, ia menimang dagu sembari berpikir mengingat apa saja yang sudah terjadi di masa lalu, "Aku gak tau banyak, tapi dulu pas aku masih kerja jadi perawat, aku lihat ada dokter yang sikapnya aneh sebelum ketemu sama kamu, cuman sekilas sih, dia kaya milih-milih kertas gitu tapi aku gak tau dia lagi ngapain"

"Milih-milih kertas?? maksut kamu?"

"Mungkin... dia lagi nukar sesuatu? iya, itu yang aku lihat dari gerak geriknya"

Andra berpikir sejenak, "Dokter yang otopsi Ainna itu kan... "

"Dokter Asena." sela Helena, menjawab.

Dulu Helena adalah seorang perawat. Andra dan Helena bertemu saat Ainna dibawa ke rumah sakit setelah kecelakaan. Helena juga ikut andil dalam mengobati Ainna, walau akhirnya nyawa istri Andra itu tidak tertolong.

Pada masa itu, Helena dan Andra memang sudah saling mengenal karena mereka adalah teman dari SMP, SMA, bahkan satu kuliah saat sama-sama tinggal di Amerika.

"Andra kamu mulai mau ngelupain masa lalu itu? kamu mau berdamai dengan keadaan?" tanya Helena, matanya tertuju pada sang suami yang tengah melamun menatap cangkir kopi di atas meja.

"Berdamai?" Andra mendongak bertatapan dengan istrinya, "berdamai apa maksut kamu Hel? Jiro memang bukan yang membunuh Ainna, tapi karena dia istriku meninggal" jawabnya.

Jiro Dan Ceritanya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang