12. Yang ingin disayangi

321 39 3
                                    

Warna abu-abu dan gemuruh menggelegar di langit. Angin kencang masuk ke dalam lewat jendela. Pagi ini tak secerah pagi kemarin tidak ada matahari atau angin pagi yang sejuk. Bumi menghadirkan dingin dan membawa pergi kehangatan menjauh entah kemana.

Seseorang tengah bersembunyi dibalik selimutnya. Hipotermia yang menyerang tubuhnya belum sembuh. Bayang-bayang kedinginan malam itu sulit hilang bahkan saat kehangatan merengkuhnya.

Beberapa saat berlalu dalam kesunyian. Jiro enggan membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Tiba-tiba derit suara pintu terbuka menggema ke seluruh ruangan. Jiro harap siapapun orang itu paham kalau ia sedang kedinginan dan segera menutup jendela kamar yang terbuka.

Seseorang tersenyum gemas melihat gumpalan selimut yang membungkus pasiennya. Dia kemudian menepuk-nepuk pelan gumpalan itu.

Puk puk

"Saatnya bangun, dokter sudah datang~" ucapnya

Kepala Jiro menyembul dari dalam selimut, tapi hanya menampakkan matanya saja. Ia menatap bingung seorang dokter yang ada di depannya.

"Saya dokter yang menangani dan merawat kamu, Jiro"

Mendengar itu, Jiro menghela nafas lega. Ia pikir dokter ini adalah dokter jadi-jadian seperti di film-film. Lalu akan menculiknya dan mengoperasinya dan menjual organ-organ tubuhnya.

"Buka selimutnya, saya perlu memeriksa kondisi kesehatan kamu dulu" pinta dokter itu dengan lembut.

Jiro mengangguk. Ia menarik selimut bagian bawah dengan kakinya sampai batas dada. Lalu memasang senyuman untuk dokter di sampingnya.

Dokter itu ikut tersenyum melihat lengkung bibir manis milik pasiennya. Kemudian dia memeriksa detak jantung, tensi darah, dan lain-lain lagi. Yang terakhir dokter itu memeriksa suhu tubuh Jiro, badannya dingin tapi suhu tubuhnya tinggi.

"Dokter, aku mau pulang" celetuk Jiro.

"Tapi kamu masih sakit. Suhu tubuh kamu belum turun. Gimana kalo besok atau lusa?" tawar dokter itu.

Jiro mengerucutkan bibirnya. "Lama banget.. sekarang gak boleh ya??"

Dokter itu terkekeh pelan. Sembari menyuntikkan obat ke infus Jiro, dia menjawab. "Sembuh dulu ya, baru nanti pulang. Oke?"

Jiro mengangguk lemas. Tak bersemangat. Dokter itu mengerti kalau pasiennya galau dan bosan. Maka, ia memberi Jiro sekotak makanan berisi roti dan permen. Anak kecil pasti suka.

"Dokter kasih hadiah deh~ Lihat dokter bawa roti, permen, ada coklatnya juga loh! Kamu suka kan? Dimakan ya?" ujar dokter itu mencoba menghibur Jiro.

Jiro mengangguk. "Terimakasih"

Setelah diperhatikan pasiennya tampak sedih? Dokter itu pun menepuk pelan pundak Jiro, "Jiro, kamu kenapa?" tanyanya.

Jiro mendongak, ia tersenyum tipis kemudian menggeleng. "Gakpapa dokter, makasih rotinya"

"Kalau ada yang sakit nanti bilang, ya"

Dokter itu celingak-celinguk mencari seseorang. Tapi ruangan Jiro sangat sepi. Kalau ada yang menunggu pasti ada barang-barang disini. Tapi ruangan ini kosong.

"Keluarga kamu mana?? kok sepi banget? mereka di kantin? atau belum datang?" tanya dokter itu.

Jiro terdiam sejenak. Ia menggulum bibir kaku. "Emm... aku sendirian dokter" jawabnya ragu-ragu.

"Eh? bukannya kemarin ada kakak kamu?"

"Iya, tapi mama jemput kakak. Katanya kakak harus istirahat. Sekarang hari senin, kakak sekolah" jawab Jiro.

Jiro Dan Ceritanya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang