42. Masih bisa merasakan

278 29 2
                                    

Seorang ayah dan anak sulungnya menatap sendu Jiro yang tengah menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Setelah tahu kalau dirinya mengalami amnesia sementara Jiro merasa shock dan sangat sedih.

"Ayah, Jiro nanti sembuhkan? dia bakal inget kita semua lagi kan?" tanya Sena lirih

Andra menggeleng tidak tahu. Pikirannya kalut, apa yang ia takutkan selama ini telah menjadi kenyataan. Setelah tahu bahwa anaknya sadar Andra langsung melesat ke rumah sakit dan meninggalkan pertemuan pentingnya dengan pemegang saham. Tapi hatinya hancur seketika saat dokter Wisnu mengatakan Jiro mengalami amnesia.

Karena terlalu hening Jiro merasa bosan. Ia sedih karna melupakan banyak hal dan tidak bisa mengingat dua laki-laki yang ia duga ayah dan kakaknya ini. Ketika menoleh ia dapati anak laki-laki yang sepertinya seumuran dengannya sedang melamun, dia orang yang menangis di sebelahnya tadi.

"Kalian siapa?" tanya Jiro pada kedua laki-laki yang menatapnya sejak tadi tanpa berkedip.

"Aku lupa semuanya bahkan namaku sendiri gak inget, kalian gak mau kenalan gitu sama aku??"

Andra tersenyum tipis ia berjalan mendekati brankar putranya lalu duduk di kursi. "Aku ayahmu, ayah Andra. Kamu lupa, ya? gakpapa, dokter bilang cuma amnesia sementara ayah janji bakal bantu kembaliin semua ingatan kamu"

"Ayah baik?" tanya Jiro dengan tatapan polosnya.

Senyuman kecil Andra semakin melebar, ia terkekeh kecil lalu mengangguk. "Ayah selalu mencoba buat jadi ayah terbaik untuk anak-anak ayah" ucapnya lembut sembari mengusap pelan pucuk kepala Jiro.

Namun, hal itu menimbulkan reaksi yang berbeda. Jiro sedikit terkejut dan mengindar dari elusan tangan Andra. Dari yang Andra lihat Jiro merasa takut nampak dari raut wajahnya. Mungkin itu adalah nalurinya. Pasti Jiro merasa takut walau tidak mengingat apapun.

"Jangan disentuh... aku takut"

"Ayah cuma belai kepala kamu gini, ayah gak akan lukai kamu sayang" ucap Andra selembut mungkin sembari mengulangi apa yang ia lakukan tadi.

Lama kelamaan Jiro mulai tidak takut dengan belaian lembut Andra. Ia merasakan kenyamanan dan kasih sayang dari usapan tangan sang ayah.

"Kalo itu siapa?" Jiro menunjuk Sena yang masih berdiri di pojok ruangan.

"Dia kakakmu, namanya kak Sena" jawab Andra. Ia memberi kode Sena agar mendekat dan berkenalan dengan adiknya. Tapi Sena diam saja kemudian berjalan keluar tanpa berpamitan.

Reaksi itu membuat Jiro bingung. Saat ia menoleh pada sang ayah terlihat Andra juga merasa bingung.

"Ayah kakak kenapa?"

"Kakakmu pemalu mungkin mau kenalan nanti aja sama kamu. Tenang, nanti kak Sena kesini lagi kok, kebelet boker paling dia" jawab Andra mencoba mencairkan suasana.

Hari-hari sudah berlalu. Hari suka dan hari duka sudah mereka lewati bersama. Namun, hingga hari ini Sena masih belum berani menemui adiknya dan tentu Jiro belum melihat Sena lagi sejak hari ia sadar.

"Ayah, mau ketemu kakak..." ini adalah permintaan Jiro untuk yang kesekian kalinya hari ini. Anak itu tiba-tiba rewel dan merengek minta bertemu dengan Sena. Padahal Sena sedang berada di sekolahnya dan tentu masih nati sore pulangnya.

Jiro Dan Ceritanya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang