33. Yang tidak disangka

242 32 9
                                    

Derap langkah cepat menggema di lorong-lorong rumah sakit. Sena hampir terpeleset jatuh saat ia berbelok di kelokan lorong. Ia bisa melihat ayahnya yang diam sembari bersandar di dinding.

"Ayah!" panggil Sena sedikit berseru.

Andra menoleh, menatap lesu anaknya yang sedang berlari ke arahnya. Ia menghembuskan nafas pendek lalu duduk di kursi disusul Sena duduk di sebelahnya.

"Kenapa gak ganti baju dulu?" tanya Andra melihat Sena masih memakai seragam sekolah.

"Lupa yah"

Sena mendongakkan sedikit kepalanya, mengintip ke dalam ruang rawat adiknya, "Adik tiri Sena kenapa lagi yah?"

Andra diam sebentar, "Ayah... gak tau"

"Dia sakit, tapi ayah gak tau dia sakit apa. Tadi dia sempet ngeluh sakit di perutnya, terus muntah sama mimisan juga. Sebelum ayah keluar ayah liat Jiro kaya sesak nafas. Sen, adik kamu bakal baik-baik aja kan? dia sakit apa.. kenapa gak kasih tau kita"

"Di dalem ada siapa yah?"

"Dokter Asena"

Sena diam sejenak, bagaimana dokter itu sudah sampai disini? cepat sekali. Padahal baru beberapa jam yang lalu dia melihat dokter Asena sedang membicarakan sesuatu dengan ibunya di kafe.

"Perasaan tadi pagi masih baik-baik aja.. kenapa bisa tiba-tiba gini? ayah, Jiro ada makan sesuatu yang aneh kah?"

Andra menggeleng, "Enggak, dia cuma makan makanan rumah sakit"

Sunyi. Mereka masih menunggu dokter keluar dari ruang rawat Jiro. Ayah dan anak itu sama-sama diam tak saling berbincang. Kemudian Sena memperhatikan diam-diam tangan sang ayah yang terkadang mengepal kuat lalu dilemaskan lagi. Apa ayahnya memendam sesuatu?

"Ayah kenapa?" tanya Sena memecah keheningan diantara mereka.

"Gakpapa" jawab sang ayah cepat.

Derit pintu yang dibuka membuat atensi mereka beralih. Andra cepat-cepat berdiri lalu menghampiri dokter Asena.

"Dokter, anak saya kenapa??"

"Kamu belum tau, An?"

Andra menggeleng, "Memangnya apa? kasih tau cepat!"

"Nanti aja, aku masih ada visit ke ruangan lain sebentar. Nanti malem dateng aja ke ruanganku"

"Aku boleh masuk gak?"

"Nanti aja, dia aku suntik obat tidur biar istirahat dulu. Nanti jam 2 atau jam 3 udah bangun"

Setelah dokter Asena pergi Andra kembali duduk di kursi. Sena pun mendekat pada sang ayah, menepuk pelan pundak ayahnya.

"Semuanya akan baik-baik aja ayah. Jiro pasti baik-baik aja, dia anak yang kuat kok" ujar Sena menenangkan sang ayah.

"Semoga ..." gumam Andra pelan.

"Ayah mau keluar dulu sebentar cari angin. Mau ikut?"

"Gak ah, Sena disini aja"

Saat Andra ingin berjalan, ia melihat seseorang berjalan dari kejauhan mendekat ke lorong ini. Setelah ia lihat dengan seksama ternyata itu Helena.

"Andra, Jiro kenapa lagi?" tanya Helena cemas. Diwajahnya terlihat peluh menandakan dia baru saja berlari untuk sampai disini. Tapi bukankah tadi Helena berjalan?

Tidak segera menjawab Andra malah menatap Helena dari atas hingga ke bawah. Merasa diperhatikan terlalu lekat membuat Helena sedikit merasa aneh.

"Andra, aku tanya Jiro kenapa??"

Jiro Dan Ceritanya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang