Net | bujuk rayu

180 48 10
                                    

Net tahu kalau Tori rada-rada miring dan kelakuannya kadang enggak terselamatkan. Tapi, belum pernah terpikirkan juga bakal separah ini. Pagi-pagi, sesuai hari jadwal operasi yang ditetapkan dokter, lelaki itu membawa dua wanita penting dalam hidupnya: satu atasan yang sangat ia hormati dan satu lagi gadis yang sudah digilainya sejak putus dari Jan. Ia memang menyetujui pengobatan ini, dengan harapan ke depannya bisa segar bugar untuk merangkap segala jenis sambilan, tapi Net enggak menerima tawaran Tori terkait Chuchu. Ia cuma berniat utang sebentar. Hanya itu.

Kalau dilihat-lihat dari gelagatnya, Tori pasti memiliki tujuan gelap, walaupun sejak tadi dalihnya 'sebelum ngantor mampir dulu'. Terima kasih, batin Net, tapi ia enggak bisa berpikir jernih. Apalagi, Leona sampai membeli bubur ayam dekat perempatan untuknya. Harga mahal plus antreannya yang gila-gilaan tentu enggak bakal worth it kalau 'cuma-cuma'. Sementara itu, Ais masih terdiam dan memainkan jari-jarinya di atas paha. Gadis itu terus menunduk, enggak berniat bercakap-cakap dengan mereka. Ia lalu pamit keluar sebentar untuk mengangkat telepon. Net pun mendengkus.

"Langsung aja, Mbak. Gue justru nggak nyaman kalau lo tiba-tiba sok baik gini."

"Emang biasanya gue nggak baik?"

"Baik sih, tapi karena ke sininya sama dia, gue mikir-mikir," ucap Net sambil menunjuk Tori.

"Gue?" Orang yang bersangkutan celingak-celinguk ke belakang. "Ayo, lah. Gue belum ngapa-ngapain, Bro."

"Masalah Chuchu, kan?"

Net enggak mau berbasa-basi lagi. Ia pengin buru-buru tidur sampai nanti diotak-atik oleh dokter dan pisau-pisaunya. Sontak Leona memajukan kursi dan sekilas melirik ke Tori. Seperti dikode, lelaki itu segera enyah dan meninggalkan mereka berduaan--bukan konotasi negatif. Net refleks memutar bola matanya malas.

"Jadi, gimana?"

"Apanya, Mbak?"

"Tori udah cerita, kan?"

Net menghela napas, lalu mengangguk. "Sebelumnya makasih banget, Mbak mau bantu ngurus biaya gue di sini."

"Iya, sama-sama. Kantor juga kok, tapi nggak banyak."

Lelaki yang rautnya masih sayu dan pucat itu manggut-manggut. "Tapi gue tetep nggak bisa ngasih Chuchu. Za belum bisa dikontak, gue nggak mungkin main tinggalin gitu aja. Kalau Mbak nggak keberatan, utangnya nanti saya cicil tiap gajian di DOG."

Leona lantas memegang lengan Net. "Kata Tori, Za sengaja ngelakuin itu ke lo. Udah, lupain aja. Kalaupun entar dia tiba-tiba nongol dan minta bagian, Tori udah janji ke gue buat ngatasin itu semua. Lo nggak perlu khawatir."

Sosok yang ada di depan Net bukanlah orang baru, bukan seseorang yang kurang bisa dipercaya juga. Ia tentu tahu etos Leona selama di kantor. Apa pun itu, kata 'bertanggung jawab' jelas tertulis di wajahnya dan Net enggak perlu ragu. Seharusnya. Tapi, dada lelaki itu masih saja bergejolak. Bukan karena nyerinya kambuh, tapi keraguan yang membuncah entah bagaimana mengatasinya. Mereka terus saling tatap dan berdiam cukup lama.

"Kenapa Mbak sekekeh itu pengin adopsi Chuchu?"

"Lo udah pernah liat July, kan?"

Net mengangguk. July adalah kucing Leona, ras yang berbeda dari Chuchu, tapi entah apa. Pengetahuan Net tentang makhluk berbulu ini masih sangat minim. Wanita itu memang memiliki pet shop dan kerap open adopt pula. Ia pernah menceritakan suka-dukanya bermain di kandang pada tim redaksi. Dulu, saat mendengarnya, enggak pernah terlintas di pikiran Net bakal di posisi yang sama, bahkan kini memperbincangkan itu lebih lanjut.

"Dari dulu gue pengin nyariin dia jodoh, tapi belum nemu yang cocok. Pas lihat Chuchu kemarin langsung jatuh cinta."

Masih mengganjal. "Tapi--"

Nasib Ambyar Sobat Meong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang