1

3.9K 139 4
                                    

"kerjaannya main terus, liat abangmu ga bandel kayak kamu yang bisanya cuma main terus."

Sepulang setelah mengambil rapot, Lian dimarahin habis-habisan oleh mamanya karna dia hanya mendapat juara tiga sementara abangnya juara satu.

"Maaf hiks!"

"Malah nangis, sana ke kamar aja."

Lian pun pergi ke kamarnya.
Dia duduk di pinggir kasurnya sambil melihat nilai-nilai rapotnya. Sekarang Lian sudah kelas 5 dan abangnya naik kelas 6.

Dia menatap sedih rapotnya, karena dia hanya juara tiga sedangkan abangnya juara satu. Itu juga yang membuat dia dimarahi orang tuanya.

"P-padahal kan aku udah juara hiks t-tapi kenapa hiks dimarahin huhu." Ucap Lian sambil mengusap ingusnya yang keluar.

Cklekk...

Lian menoleh saat mendengar suara pintu dibuka.

Dia mendapati abangnya sedang berjalan menghampirinya, dan membawa hadiah juaranya.

"Ih cengeng Lian nangisan."

Lian memputkan bibirnya saat mendengar ejekan dari abangnya.

"Biarin huks Lian kan masih kecil."

"Kan udah naik kelas lima, udah besar berarti."

"Abang, Lian ga pinter ya?" Tanya Lian dengan mata yang memerah.

"Eh kata siapa? Lian pinter tuh. Buktinya kamu bisa juara terus dapet hadiah."

"Tapi tapi aku juara tiga bang Jeje juara satu." Lian kembali mengerucutkan bibirnya.

"Meskipun gitu, itu juga udah pinter. Yang lain belum tentu bisa juga."

"Jadi jangan nangis lagi ya!" Jean menghapus air mata sang adik.

Jujur Jean kasihan saat adiknya dimarahi oleh mama nya tadi. Padahal dia lihat sendiri gimana kerasnya Lian saat belajar.

"Yaudah sekarang kita buka hadiahnya yuk!"

"Ayukk!" Jean kembali tersenyum saat Lian kembali bersemangat.

"Lian dapet buku, ada enam." Ucap Lian sambil memamerkan bukunya pada abangnya.

"Wahh, iya." Melihat itu Jean dengan semangat membuka hadiahnya.

"Uwahhh, Abang dapet buku sepuluh pensil dua penghapus dua juga."

"Yahh, kok aku ga ada." Lian udah siap-siap mau nangis lagi.

"Eh eh, jangan nangis. Gimana kalo kita bagi."

"Nih bukunya aku tambahin dua jadi sama-sama delapan, terus pensil sama penghapusnya masing-masing satu." Ucap Jean sambil tersenyum.

Lian pun tersenyum senang, abangnya emang baik banget.

"Uwahh, makasih abang. Lian sayang bang Jeje." Kata Lian sambil meluk abangnya.
Jean membalas pelukan adiknya.

the truth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang