Jean lagi nonton tv sendirian, iya sendirian soalnya Lian akhir-akhir ini lebih sering main sama Yoga, tanpa dirinya. Tentu saja Jean merasa sedih, dia merasa adik kecilnya itu kembali mendiaminya bahkan sekarang terlihat menghindarinya dengan alasan yang tidak dia ketahui. Bahkan terkadang Lian menolak saat dia ajak untuk tidur bersama di kamarnya. Selalu beralasan saat Jean ingin tidur di kamar Lian.
Jean menatap bosan acara ini tv yang dia putar. Padahal tv sedang menayangkan kartu kesukaannya dengan Lian. Saat menonton dengan Lian terasa sangat menyenangkan, Lian selalu menceritakan banyak hal mengenai kartu kesukaannya itu. Tapi Jean tidak mengira bahwa menonton kartun kesukaannya sekalipun jika tanpa Lian sangat membosankan.
"Bosen bangettt, Lian lama banget sih mainnya. Apa lagi aku tadi ga boleh ikut!" Jean membaringkan tubuhnya di sofa dengan malas.
"Kamu kenapa bete gitu mukanya?" Rina datang dang duduk di samping Jean.
"Bosenn, Lian mainnya lama banget."
Rina berdecak kesal karena Jean selalu membicarakan Lian.
"Temenmu kan banyak bang, ada Mino sama Ecan biasanya juga main sama Dery juga."
"Tapi aku males keluar ma, maunya main di rumah sama Lian. Tapi Lian nya keluar main sama Yoga!"
"Mau buat kue!" Rina mencoba mengalihkan rasa bosan Jean.
"Mauu, mau buat kue apa?"
"Kue kering aja mau yang biasa mama bikin!"
"Ayokk, aku mau bantu."
Rina mengajak Jean menuju dapur dan mulai mempersiapkan semua yang dibutuhkan mulai dari alat dan bahan.
"Kamu pecahin telur bisa ga?"
"Bisa, mau pecahin berapa?"
"Tiga aja, terus kocok sama ini ya!" Rina meletakkan pengocok telur di samping Jean.
Rina mencairkan mentega yang akan dicampur dengan bahan lainnya bersama dengan telur.
"Udah selesai ngaduknya?"
"Udah!" Jean menyerahkan telur kocok hasil kerjanya.
"Pinter banget!" Rina mengusap rambut Lian.
Rina mencampurkan bahan-bahan yang sudah tersiapkan. Setelah itu mulai menguleni adonan sampai tercampur rata.
"Nah sekarang tinggal bentuk-bentuk!"
"Jean mau bentuk love yang besar!"
"Ini diratain dulu kayak gini terus cetak. Tapi mama ga ada love yang besar. Ada bintang sama bulan aja."
"Gapapa aku bentuk sendiri pake tangan."
Jean mulai membentuk kuenya dengan bentuk yang dia inginkan. Dia berencana kasih kue bentuk love buat Lian kalo dia udah pulang main.
"Udah ma!"
"Kalo udah kasih choco chips tata yang bagus!"
Jean menyusun choco chips seperti orang yang sedang tersenyum. Setelah itu Jean menatap karyanya dengan bangga. Dia merasa puas dengan pekerjaannya, Jean berharap semoga Lian suka.
Rina membawa dua loyang yang berisi kue yang baru selesai dibentuk dan memasukkannya kedalam ofen.
"Tunggu lima belas menit baru mateng kuenya!"
"Yaudah mau balik nonton tv!" Jean kembali untuk menonton tv diruang keluarga.
Baru saja Jean menyalakan tv Lian sudah membuka pintu.
"Liann!" Jean menghampiri adeknya yang baru pulang.
"Abang tadi buat kue buat kamu tapi belum mateng!"
"Yaudah aku mau ke kamar dulu."
"Ga mau nonton tv bareng abang sambil nunggu kuenya mateng!"
"Aku tunggu di kamar aja!" Lian berjalan meninggalkan abangnya
"Kenapa bang?"
"Lian langsung ke kamar, padahal aku mau ngobrol sama dia sambil nunggu kuenya mateng!"
"Kan udah mama bilangin. Jangan manjain dia, liat kan sekarang mulai ngebangkang dia." Rina terlihat kesal dengan Lian setelah mendengar cerita Jean.
"Tapi kan!"
"Tapi apa? Kelakuan kaya gitu ga sopan. Udah kamu ga usah urusin dia lagi, biar dia ngurusin dirinya sendiri!"
Tringg
"Tuh kayaknya kuenya udah mateng, ayo cek!"
Cklekk...
"Lian!"
"Abang kenapa ga ketok pintu dulu!"
"Ah biasanya kan abang juga langsung masuk." Jean melangkah memasuki kamar Lian.
"Ini buat kamu. Ini kue kering yang tadi abang buat sama mama. Abang buat khusus untuk kamu!" Jean menyodorkan kue yang tadi dia buat kearah Lian.
"Makasih!" Sejenak Lian tersenyum melihat bentuk kue apa lagi ditambah choco chips yang seperti orang tersenyum.
"Makan dong!"
Lian mengarahkan kuenya ke mulut Jean.
"Abang aaa!" Dengan senang Jean menerima suapan dari adiiknya.
Jean mengambil alih kuenya dan gantian Jean yang menyuapi Lian.
"Enak?"
"Enakk!" Lian bertepuk tangan senang saat merasakan kuenya.
"Abang kangen sama kamu!"
"Kan kita tiap hari ketemu."
"Tapi abang ngerasa kalo kamu makin menjauh. Kamu lebih sering main sama Yoga jarang dirumah, kalo dirumah pasti dikamar terus. Akhir-akhir ini kamu jarang mau kalo abang ajak tidur bareng!"
Lian hanya menunduk, yang dibicarakan abangnya memang benar. Sebenarnya dia bukan sengaja untuk menjauhi abangnya, tapi saat melihat abangnya Lian seperti ingin menghindar.
"Lian nakal, abang ga boleh manjain Lian lagi!"
"Kenapa? Kan kamu adik abang!"
"Kata mama gitu!" Ternyata Lian mendengar semua omongan mamanya.
"Abang sayang kamu, jangan ngehindar lagi!" Jean memeluk tubuh Lian dan di balas oleh sang adik.
"Lian juga sayang abang Jeje. Lian minta maaf!"
TBC
Jangan lupa vote dan comennya ya 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
the truth
Fanfiction"Lu ga tau apa yang gue rasain bang, mangkanya lu mudah ngomong gitu. Lu ga tau rasanya gimana selalu dibandingin dan diabaikan." "Bahkan satu dari kalian ga ada yang anggap gue ada. Dan sekarang mungkin lu juga bakal jadi salah satu dari mereka!" #...