Lian memasuki rumahnya, dia baru pulang dari rumah Yoga. Dia pulang lumayan sore, soalnya waktu dia belajar bareng malah ketiduran. Sementara ibu nya Yoga tidak tega untuk membangunkan Lian.
"Kenapa pulang?"
Baru saja Lian masuk ke dalam rumah, perkataan mamanya yang tidak mengenakkan kini terdengar lagi.
Lian memilih diam dan tidak menjawab."Kamu dari mana? Kenapa baru pulang?" Tanya papanya yang ternyata sudah pulang.
"Dari rumah Yoga."
"Kamu ujian loh sekarang, kamu ga belajar? Abang kamu aja yang udah selesai ujiannya nyempetin buat belajar dikit-dikit. Masa kamu ga ada pikiran kayak gitu, kamu habis ini SMP loh." Lian tambah diam saat papanya menasehatinya. Lagi-lagi dia harus dibandingkan dengan abangnya. Dulu dia pikir papanya mengerti dia, tapi sama aja.
"Sekarang masuk kamar sana, jangan lupa mandi!"
Tanpa menjawab perkataan sang papa Lian berjalan menuju kamarnya.
Cklek...
"Hai!"
Lian yang baru membuka pintu kamarnya dikejutkan saat abangnya sudah duduk manis di atas kasurnya.
"Abang ngapain?"
"Mau tidur bareng kamu. Abang kangen tauuuu." Jean menghampiri adiknya dan memeluknya erat.
"Abanggg ga bisa napas ihh." Keluh Lian saat abangnya memeluknya terlalu erat.
"Kamu habis dari mana, kok baru pulang?" Jean melonggarkan pelukannya pada Lian tapi tidak melepaskannya.
"Di rumah Yoga."
"Kok sampe sore banget?"
"Lian ketiduran di sana waktu belajar. Lian juga mikirnya mama abang sama papa belum pulang jadi timbang Lian sendirian mending di rumah Yoga." Lian menjelaskan semua pada abangnya dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Maaf ya, tadi mama suruh abang nemenin buat belanja." Kata Jean yang merasa bersalah.
"Iya gapapa."
"Tadi ujiannya gimana?" Jean sama Lian udah berpindah di atas kasur.
"Ga gimana-gimana." Lian beranjak menuju meja belajarnya dan mulai membuka bukunya.
"Besok mata pelajaran apa?"
"Matimatika."
"Mau abang bantuin belajarnya?"
"Ga usah, tadi udah dibantuin ibu nya Yoga, tinggal ngulang lagi."
Saat Lian menyebut ibunya yoga dengan sebutan ibu membuat Jean entah kenapa merasa bersalah dengan Lian.
"Ayo makan malem!"
Rina membuka pintu kamar Lian dan mengajak keduanya untuk makan malam, ah mungkin hanya Jean yang diajak."Mama?"
"Ayok turun bang, makan malem!" Ajak Rina yang masih berdiri di depan pintu kamar Lian.
"Lian ayok makan malem dulu!" Jean mengajak adiknya untuk turun bersama.
"Duluan aja, aku nyusul."
"Ayok bang, papa udah nungguin." Rina menggandeng tangan Jean dan menariknya pelan, membuat Jean mengikuti langkah sang mama.
"Hufftt, Moomin kayaknya aku udah biasa ditinggalin buktinya aku ga nangis lagi. Lagian aku udah gede bentar lagi SMP, jadi ga boleh nangis-nangis." Lian berkata sambil mengusap-usap boneka Moominnya.
Meletakkan kembali diatasi meja belajarnya dan menyusul kebawah untuk makan malam.Lian dengan diam duduk bergabung di meja makan, bahkan saat keluarganya tengah asik mengobrol tanpa dirinya. Lian bahkan tidak merasakan sedih lagi saat melihat pemandangan seperti itu.
Suasana mendadak hening saat Lian bergabung di meja makan. Sementara Lian tidak memperdulikan itu, dia mulai mengambil nasi dan lauk lalu memakannya.
"Lian, gimana tadi ujiannya?" Tanya Arman memecah keheningan.
"Biasa aja!"
"Nanti SMP nya satu satu sekolah sama abang ya!"
"Iya Lian, biar nanti kita berangkat bareng!" Jean ikut menimpali perkataan papanya.
"Iya!" Lian hanya menjawab singkat. Dan setelah itu obrolan terhenti dan suasana ruang makan kembali hening.
"Pa, mending Lian jangan satu sekolah sama Jean!"
"Lah kenapa? Bukannya bagus, kamu sekalian nganterin mereka jadi satu arah." Arman yang lagi menonton tv menoleh kearah istrinya.
"Ga gitu, nanti kalo mereka jadi satu terus bisa-bisa Lian bergantung terus sana Jean. Itu bisa aja berpengaruh sama Jean, bisa-bisa kinerja Jean dalam belajar menurun."
"Tapi aku rasa enggak akan kok. Lian udah gede juga, dia pasti udah bisa sendiri. Ga mungkin juga kan Lian nempelin Jean terus, apalagi sampek ngeganggu Jean."
"Kayak ga tau aja, dia kan emang manja. Pokoknya mereka berdua jangan satu sekolah lagi!"
"Kenapa kamu jadi seenaknya gini ha?"
"Seenaknya gimana sih, kan aku udah jelasin tadi."
"Iya gapapa pa, Lian di SMPN 2 aja. Sekolah dimana-mana ga masalah, ga sekolah juga ga masalah." Lian yang turun dari kamar bermaksud mengambil air minum mendengar perdebatan kedua orang tuanya tentang dirinya.
"Lian?"
"Iya?"
"Kamu mau ngapain?" Tanya Arman mengalihkan pembicaraan.
"Ambil minum, Lian ke kamar lagi!" Lian kembali berjalan kearah kamarnya dengan segelas air ditangannya.
Arman menghela napas kasar dan kembali menoleh kearah istrinya.
"Terserah kamu!" Arman berdiri menuju kamarnya meninggalkan Rina yang hanya diam.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
the truth
Fanfiction"Lu ga tau apa yang gue rasain bang, mangkanya lu mudah ngomong gitu. Lu ga tau rasanya gimana selalu dibandingin dan diabaikan." "Bahkan satu dari kalian ga ada yang anggap gue ada. Dan sekarang mungkin lu juga bakal jadi salah satu dari mereka!" #...