Hari ini adalah hari pertama Jean memasuki bangku SMP. Jean sangat semangat, dia ingin segera pergi ke sekolah barunya, dimana dia sudah berada ditingkat lebih atas. Bahkan dia bangun jam setengah lima, menyiapkan segala keperluan yang sekiranya akan dia butuhkan nanti.
"Jean sini sarapan dulu nak!"
"Yeyyy, Jean sekolah baru. Sekaran Jean udah besar, sekarang Jean jadi anak SMP." Jean bertepuk tangan senang, mengingat sekarang dia jadi anak SMP.
"Lian abang ga bisa bareng kamu lagi sekarang, kan abang udah SMP!" Kata Jean.
Sementara Lian hanya mengangguk tanpa menjawab perkataan Jean. Dia lebih milih fokus pada makanannya.
"Adek kenapa? Ga usah sedih, nanti abang tetep bantuin kamu buat PR, terus kita tetep main bareng. Nanti kalo abang dapet temen baru, nanti abang kenalin." Jean mengelus pelan punggung sang adik.
Lian menoleh kearah abangnya dan tersenyum. Sedikit menyesal karena marah sama abangnya, karena dia merasa semuanya hanya menyayangi abangnya. Tapi melihat perlakuan abangnya yang sangat perhatian, membuatnya meminta maaf dalam hati.
"Janji ya, abang ga lupain Lian kalo udah ada temen baru!" Lian menyodorkan jari kelingkingnya, menyuruh sang abang untuk berjanji.
"Janji!" Jean membalas uluran kelingking adiknya.
"Jean buruan dimakan sarapannya, terus kita berangkat. Mama anterin!"
"Beneran ma? Adek ikut juga?"
"Ga lah, Lian naik sepeda. Kan sekolahnya ga jauh."
Sebenarnya jika ingin berangkat bersama itu sangat bisa. Sekolah Jean memang sedikit lebih jauh, tapi masih satu arah dengan sekolah Lian.
"Ayok, Jean udah siap!"
"Jean berangkat dadahh!" Rina menggandeng tangan Jean dan menggiringnya keluar.
Sementara Lian hanya tersenyum kecil melihat kedekatan mama dan abangnya.
"Lian udah selesai, Lian mau berangkat ya pa!" Lian menyalimi tangan papanya.
"Mau papa anterin?"
Lian menggeleng, "ga usah, Lian mau berangkat bareng Yoga aja!"
"Yaudah, hati-hati ya! Belajar yang bener!" Arman mengusap kepala Lian.
.
.
."Masuk gih! Semangat sekolahnya!"
"Iya mama, aku masuk dulu!"
Jean memasuki gerbang sekolah barunya, terlihat jelas raut bahagia diwajah Jean.
Saat Jean lagi asik memperhatikan sekeliling sekolah barunya. Jean sedikit kagum karena di sekolah SMP ada dua lantai, kalo di SD kan cuma satu lantai.
Bruakk....
"Auwhh..."
"Eh maaf ga sengaja!" Seseorang yang tadi menabrak Jean, mengulurkan tangannya untuk membantu.
"Eh iya gapapa!"
"Maaf ya sekali lagi, ohya nama kamu siapa?"
"Aku Jean, kamu?"
"Namaku Bima, salam kenal ya!"
"Ayok kita kelapangan, nanti aku kenalin ke teman-teman aku."
"Aku juga ada temen, tapi ga tau kemana!"
Mino sama Ecan memang masuk ke SMP sini juga, tapi masalahnya Jean gatau posisi mereka sekarang mereka dimana."Yaudah bareng aku dulu aja," Bima.
Jadi hari pertama masih, masa pengenalan lingkungan sekolah.
"Jean!"
"Eh, itu temen-temen aku. Ayok ke sana!" Jean mengajak Bima, ketika dia melihat teman-temannya.
"Kenalin ini temen baru aku! Namanya Bima!"
"Hai salam kenal, aku Bima!"
"Hai, aku Ecan dan ini Mino."
"UNTUK PARA PESERTA MPLS MOHON SEGERA KUMPUL DI LAPANGAN."
Mendengar itu Jean mengajak semua temannya untuk berkumpul ke lapangan.
"Ayok kita kelapangan!" Ajak Jean.
Semuanya langsung berlari kecil kearah lapangan.
"Baik semuanya sudah kumpul, sekarang saya selaku pembina kalian akan membagi kalian semua menjadi beberapa regu," jelas pembina.
"Sekarang kalian berkumpul sesuai nama kelompok yang kalian dapatkan."
Semua peserta MPLS mulai berkumpul sesuai dengan nama regu yang mereka dapatkan. Jadi setiap peserta mengambil kertas yang digulung, dimana setiap kertas sudah tertuliskan nama-nama regu. Setiap regu ada pembimbingnya, jadi mereka harus berkumpul ke pembimbing regu mereka masing-masing.
Jean sudah berkumpul diregunya, dia kebagian regu melati. Dan ternyata Bima Mino dan Ecan satu regu dengannya.
"Kita satu kelompok," kata Ecan semangat.
"Iya!"
"Setelah mendapatkan kelompok regu, sekarang kumpul lagi di lapangan baris sesuai regu!"
"Semua sudah berkumpul dengan regu masing-masing. Tantangannya, kalian harus ngapalin ini anggota OSIS, setelah itu kalian minta tandatangan sebanyak lima tanda tangan. Wajib ada tanda tangan ketua OSIS. Meskipun udah dapet lima tanda tangan tapi kalo ga ada tanda tangan ketua OSIS dinyatakan gagal, dan waktunya hanya tiga puluh menit. Dan yang gagal tentu saja ada hukumannya. MENGERTI?" Jelas sang pembina.
"MENGERTI!" Jawab seluruh peserta MPLS.
"Kalian bisa mulai sekarang, inget jangan ketipu sama yang nyamar jadi osis."
Setelah mendengar nasehat dari pembina semua peserta MPLS langsung berpencar dan melakukan tugas yang sudah diperintahkan.
Semua siswa sibuk cari anggota OSIS kesana-kemari untuk meminta tandatangan, sementara waktu juga terus berjalan.
"Jean, kamu udah lengkap?" Tanya Ecan.
"Aku udah dapet empat, tinggal cari ketuanya."
"Kalo yang lain?"
"Aku sama kayak Jean." Jawab Bima.
"Yaudah mending kita cari lagi, nanti waktunya keburu abis!" Saran Jean.
Mereka pun berpencar lagi untuk mencari anggota OSIS. Jean memilih mencari bersama Bima, karena meraka sama tinggal cari ketuanya aja.
Prittttt........
"WAKTU HABIS, SEMUANYA BERKUMPUL LAGI!"
Mendengar perintah pembina semua peserta MPLS langsung berlari mengikuti perintah.
"Oke semua sudah berkumpul, pemimpin regu silahkan mengecek yang saya tugaskan tadi. Dan yang ga lengkap, langsung suruh ke depan!"
"Oke, yang ga lengkap udah pada didepan. Enaknya kita apain nih?"
Jean dan Bima tertawa saat melihat sama Ecan yang berada di depan. Sebenernya mereka lengkap cuma yang Mino ga ada ketua OSIS ya, terus kalo Ecan salah satunya ternyata buka anggota OSIS, jadi mereka kena hukum.
"Disuruh apa nih?"
"Nyanyi sambil joget aja pak!" Usul salah satu peserta MPLS cewek.
"Oke baiklah, kalian nyanyi balonku ada lima. Huruf vokal diganti o sambil joget."
Dengan terpaksa peserta yang dihukum menjalankan hukuman yang diberikan. Sementara peserta yang melihat sudah tertawa karena melihat temen lainnya yang dihukum.
"Baik sudah kalian boleh duduk!"
"Baiklah, untuk hari ini sampai sini saja. Kalian boleh istirahat!"
Semua peserta berhamburan keluar dari area lapangan menuju kantin.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
the truth
Fanfiction"Lu ga tau apa yang gue rasain bang, mangkanya lu mudah ngomong gitu. Lu ga tau rasanya gimana selalu dibandingin dan diabaikan." "Bahkan satu dari kalian ga ada yang anggap gue ada. Dan sekarang mungkin lu juga bakal jadi salah satu dari mereka!" #...