"Arman Rina, kapan nih kita dikasih cucu? Kalian udah hampir setahun loh menikah!"
Rina tersenyum tipis menanggapi perkataan dari mertuanya.
"Maaf ma, tapi kita masih usaha!" Rina tersenyum sendu.
Usaha apanya jika suaminya selama ini tidak mau menyentuhnya. Ya, Arman selama pernikahan mereka, sama sekali tidak menyentuh Rina, meski mereka tidur dalam satu ranjang yang sama. Tentu saja Rina sedih akan hal itu, disaat orang tuanya dan mertuanya selalu menanyai tentang cucu kepadanya.
"Kita akan usaha lebih keras lagi, mama sama papa sabar sedikit dongg!" Arman.
Arman turut kasihan saat Rina selalu ditekan dengan pertanyaan yang sama. Dia menatap Rina yang juga sedang menatap kearahnya.
"Yaudah ma pa, aku sama Rina pulang dulu!"
Arman menggandeng tangan Rina dan mengajaknya untuk pulang.
"Ini kan bukan jalan ke rumah kita?"
"Kita cari hotel dulu!"
"M-mau ngapain mas!"
"Udah sampek, ayo turun!"
"T-tapi?"
"Apa perlu aku gendong!"
Arman menggandeng Rina untuk memasuki salah satu kamar yang sudah dia sewa untuk malam ini.
Cklek
"Ayo!"
"M-mas tapi?"
"Apa?" Arman mulai membuka jas nya.
"Mereka pengen cucu kan, ayo kita kasih!"
"T-tap emhhh!" Arman membungkam mulut Rina dengan mulutnya.
Arman meraih pinggang kecil Rina dan mendekatkan agar tubuh keduanya lebih menyatu."Mashhmm!" Tangan Arman mulai membuka resleting dari dress yang Rina kenakan.
Bruakk.
Rina terdorong dan terlentang di ranjang, Arman membuka semua pakaiannya dan menyusul Rina yang sudah terlentang di atas ranjang.
Rina menikmati sentuhan yang Arman berikan pada setiap inci tubuhnya.
Kegiatan panas pun tidak bisa dihindari.
Mereka berdua sama-sama menikmati apa yang mereka lakukan."AKHHMM!"
Arman memelankan temponya saat Rina menjerit kesakitan.
"Engghh masshh emhhh!"
Arman mulai mempercepat temponya, dan mencium bibir Rina untuk mengalihkan rasa sakitnya.
"Emhh, Armanhh!"
.
.
.Keesokan harinya Rina terbangun tapi tidak mendapati Arman disebelahnya. Dia sedikit gelisah jika Arman meninggalkannya.
"Akhhh!" Rina merasakan sakit disekujur tubuhnya, mungkin karena ini yang pertama jadi Rina belum terbiasa.
Cklekk
"Mas!"
"Aku habis ambil makan yang aku pesen tadi, mau mandi atau sarapan dulu?"
"Mau mandi!" Sebenarnya Rina masih malu mengingat kejadian semalam.
Arman berjalan kearah Tina lalu mulai mengangkat tubuh Rina ala bridal style.
"A-aku bisa jalan kok!"
"Nurut aja!"
Arman meletakkan tubuh Rina pada bathup yang sudah terisi air hangat.
"Aku tunggu diluar, kalo udah panggil aja!"
"Iya, makasih!"
Arman dan Rina kini tengah menikmati sarapan yang tadi Arman pesan.
Suasana menjadi lebih hening dan Rina tidak suka ini. Tapi mau bagai mana lagi, dia tidak mau menghancurkan acara sarapannya dengan Arman."Habis ini kita langsung pulang?"
"Iya!"
Rina mengangguk, tidak ada topik lagi. Memang setiap harinya mereka berdua tidak memiliki terlalu banyak obrolan bisa mereka obrolkan.
"Badanmu masih sakit?"
"Ha?"
"Badanmu masih sakit?" Arman mengulangi pertanyaannya.
"Masih sedikit, habis mandi tadi lumayan agak enakan!"
"Kalo masih ada yang sakit ngomong aja!"
"Iya, makasih mas!"
"Sama-sama!"
"Kamu mau kemana?" Tanya Rina yang melihat Arman terlihat bersiap ingin pergi. Padahal mereka baru saja sampai di rumah.
"Aku mau pergi, kamu di rumah aja!"
"Tapi!"
"Kalo ada apa-apa telfon aja!"
"Yaudah kamu hati-hati!"
"Oh iya, ga usah masak banyak. Aku makan malam diluar!"
"Iya!"
Baru saja tadi Rina merasa bahagia karena Arman sedikit mau berbicara padanya. Tapi sekarang sudah mau pergi lagi, seakan dia tidak mau melihat Rina lebih lama.
"Kapan dia berubah sih?"
"Semoga aja aku cepet hamil, terus mas Arman bisa berubah!"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
the truth
Fanfiction"Lu ga tau apa yang gue rasain bang, mangkanya lu mudah ngomong gitu. Lu ga tau rasanya gimana selalu dibandingin dan diabaikan." "Bahkan satu dari kalian ga ada yang anggap gue ada. Dan sekarang mungkin lu juga bakal jadi salah satu dari mereka!" #...