Setelah melewati simulasi, bimbingan akhirnya besok dimana Jean sudah akan melakukan Ujian Nasional. Itu yang membuat dia tambah kerja keras dalam belajar, bahkan dihari Minggu ini seharusnya dia mengistirahatkan dirinya setelah melalui proses pembelajaran beberapa Minggu ini.
Bahkan saat makan pun, jika tidak dibawakan ke kamarnya Jean juga tidak akan turun. Jean adalah anak yang pintar dan rajin jadi tidak heran jika dia bisa mempertahankan juaranya."Abang turun dulu yuk, udahan dulu belajarnya." Kata Rina yang menghampiri Jean ke kamarnya.
"Jean harus belajar ma, besok udah UN. Jean ga mau kalo nilainya jelek."
"Bagus kalo kamu berpikir kayak gitu. Tapi jangan memaksakan otak kamu buat bekerja terlalu keras, otak kamu juga bisa capek jadi harus istirahat."
"Turun yuk, ada papa di bawah!"
Akhirnya Jean membereskan buku-buku nya dan mengikuti mamanya untuk turun kebawah.
"Abang, udah selesai belajarnya?"
"Selesai apa, kalo ga dibujuk untuk keluar, mungkin dia akan belajar terus sampek besok." Bukan Jean yang menjawab melainkan Rina.
"Jean cuma takut kalo nilai Jean jelek, terus ga bisa masuk SMP tujuan Jean."
Jean pun hanya menunduk, sebenernya dia capek belajar dari terus dari tadi. Itu karena dia terlalu takut kalo dia ga juara, apa lagi ini Ujian Nasional. Nilai ini yang akan menentukan untuk masuk ke SMP tujuannya.
"Abang sini duduk!"
Jean pun menurut, dan duduk di samping papanya, dan Rina mengikuti duduk di samping Jean.
"Punya semangat belajar itu bagus, tapi jangan terlalu memforsir tubuh kamu. Kamu juga perlu istirahat, otak kamu perlu istirahat."
"Sekolah di manapun itu sama aja, asal niat. Seberapa pun nilai kamu yang penting kamu udah berusaha."
"Iya pa!"
Arman mengusap kepala Jean yang hanya menunduk.
"Senyum dong!"
Jean tersenyum lebar pada papa dan mamanya.
"Duh gantengnya anak mama!" Rina memeluk tubuh Jean.
"Oh iya, Lian mana?"
"LIAN PULANG!" Lian berteriak sambil berjalan kearah Abang dan orangtuanya.
Sebenarnya Lian sudah pulang lima menit lalu, namun saat kakinya ingin melangkah masuk dia melihat kehangatan orangtuanya kepada Jean. Membuat Lian jadi ragu buat nyamperin, jadilah dia tunggu dulu sampe momennya pas.
"Kamu habis darimana sih, keringetan gitu kotor!" Tanya Rina dengan nada yang sedikit kesal.
"Main!" Jawab Lian singkat.
"Main terus, liat nih abangmu rajin belajar ga kayak kamu. Awas aja nanti rapotan nilai mu jelek." Ancam sang mama.
Lian yang mendengar ancaman sang mama, jadi kesel sendiri. Tadi dia dengar abangnya ga dimarahin kalo nilainya ga sesuai, tapi sekarang dirinya malah dimarahin kayak gini.
"Rina!" Arman memperingati Rina.
"Lia-
Tanpa menunggu papanya selesai ngomong dia langsung melengos masuk kedalam kamar.
"Tuh liat, anakmu ga sopan banget!"
"Anakmu juga Rina." Arman kembali memperingati Rina.
"Terserah." Rina langsung berjalan meninggalkan suaminya dan Jean.
"Mama kenapa?" Tanya Jean yang melihat mamanya dengan wajah yang menurutnya menyeramkan.
"Gapapa mama lagi capek, kamu samperin adekmu aja!"
"Iya papa!"
Jean langsung berlari kecil kearah kamar sang adik.
Tokk...tokk..
"Lian abang masuk ya!"
Tanpa menunggu jawaban Lian, Jean langsung melangkah masuk ke kamar sang adik.
Jean melihat adiknya sedang duduk dimeja belajarnya.
"Kamu ngapain?"
"Belajar!" Jawab Lian singkat.
Setelah mendapat ancaman dari mamanya tadi Lian langsung mandi dan belajar.
"Kan kamu ujiannya udah selesai Kamis kemarin."
"Iya!"
"Terus kenapa kamu belajar lagi, kan habis ujian libur."
"Biar ga di marahin mama!"
Jawaban yang Lian berikan membuat Jean terdiam."Jangan dengerin omongan mama ya, kata papa tadi mama cuma capek." Kata Jean untum mencoba membuat adiknya agar tidak sedih.
"Capeknya tiap hari? Soalnya aku dimarahin ya tiap hari."
"Lian!"
"Abang bisa keluar dulu ga, Lian mau sendiri!"
"Lian kamu ken-
"bang, keluar ya!"
Jean menghela napas pelan.
"Iya tapi kamu jangan mikirin yang aneh-aneh, nanti makan malem abang samperin."
Jean keluar dari kamar Lian.
Dan setelah kepergian Jean, air mata Lian langsung jatuh. Jujur Lian iri dengan abangnya, Jean yang selalu mendapatkan kasih sayang dari semua orang. Entah itu dari mama papa atau kakek dan nenek semua sayang Jean, Jean yang pintar, penurut, dan rajin.
Sementara Lian, dia merasa diabaikan, padahal dia juga pengen dipeluk-peluk kayak abang nya.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
the truth
Fanfiction"Lu ga tau apa yang gue rasain bang, mangkanya lu mudah ngomong gitu. Lu ga tau rasanya gimana selalu dibandingin dan diabaikan." "Bahkan satu dari kalian ga ada yang anggap gue ada. Dan sekarang mungkin lu juga bakal jadi salah satu dari mereka!" #...