15

675 60 0
                                    

"Gimana, kamu terus kena hukum ga?"

Pada makan malam ini di selingi Jean yang bercerita tentang hari pertamanya masuk SMP.

"Ga dong, aku sama temen baru aku yang namanya Bima, enggak kenal hukum. Yang kena Ecan sama Mino, lucu banget disuruh nyanyi sambil joget-joget." Jean menceritakan semuanya yang dia lakukan saat di sekolah dengan penuh antusias. Begitu juga mama dan papa nya yang juga mendengarkan dengan antusias.

"Jean kira, waktu Jean masuk ke SMP bakal susah cari temen. Ternyata enggak, enak temennya lebih banyak dari waktu SD." Jean terus bercerita, dia sangat bersemangat untuk memberitahu seluruh kegiatannya waktu di sekolah.

Sementara itu, Lian hanya mendengarkan semua cerita abangnya tanpa mau menanggapi. Dia lebih milih fokus dengan makanannya.

"Lian nanti kamu kalo SMP bakal ngerasain juga, seru banget pokoknya."

Lian hanya mengangguk sebagai jawaban.

Melihat respon Lian yang hanya mengangguk, Rina langsung melirik sinis kearah Lian.

"Kalo diajak ngomong itu dibales, jangan cuma nganggu-ngangguk aja."

"Lian kamu kenapa? Kamu sakit?" Tanya Jean, karena sendari tadi Lian hanya menunduk dan tidak berbicara apa-apa.

"Enggak!" Jawab Lian lirih.

"Yaudah kalo gitu, abang ceritanya lanjutin nanti lagi, sekarang Jean sama Lian makan dulu itu makanannya!" Kata papa.

Akhir-akhir ini Jean merasa jika Lian semakin pendiam dan mulai menghindari dirinya. Padahal hampir setiap hari Lian selalu ingin tidur dengan dirinya, tapi sekarang jangankan tidur, berbicara pun kalo tidak Jean yang memulai Lian tidak akan berbicara. Kalau pun diajak ngomong paling cuma ngangguk sama geleng doang, mentok-mentok cuma jawab "iya" sama "enggak".

Sampai Jean selalu berpikir apa dia sudah membuat kesalahan besar, sehingga membuat adiknya ini jadi mendiaminya.

Hari ini Jean berencana mau ke kamar adiknya. Dia sudah menyiapkan hadiah yang tadi dia beli waktu pulang sekolah.

Tok..tokk..

"Adek, ini abang. Abang masuk ya!"

Cklekk...

Sebelum Jean masuk pintu terlebih dulu dibuka dari dalam.

"Kamu mau tidur ya?"

Lagi-lagi Lian hanya mengangguk.

"Abang tidur sama kamu boleh? Udah lama kita ga tidur bareng lagi."

"Iya!" Jawab Lian singkat.
Lian berjalan lebih dulu masuk ke dalam kamarnya diikuti Jean.

"Kamu mau tidur sekarang?" Tanya Jean yang sedang duduk di meja belajar Lian.

"Ga tau!" Jawab Lian.

"Oh iya, ini abang ada hadiah buat kamu." Kata Jean sambil menyodorkan bungkusan hadiah yang dia maksud.

Lian yang disodoripun menerima bungkusan hadiah yang tidak rapi itu, tapi meskipun begitu senyum Lian tak dapat disembunyikan lagi.

"Buat aku?" Tanya Lian sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Iya buat kamu lah, kan kamu adeknya abang."

"Makasih!"

Jean tersenyum saat melihat adiknya terlihat sangat bahagia mendapatkan kado darinya.
Lian kemudian membuka bungkusan kado dari abangnya. Isinya hanya mobil mainan kecil, meski begitu Lian merasa sangat senang.

"Lian!"

Lian yang merasa terpanggil langsung mengalihkan atensinya kearah sang abang.

"Kalo abang ada salah, kamu ngomong ya! Jangan diemin abang, abang sedih tau!"

"Maaf!" Lian menundukkan kepalanya, merasa bersalah karena mendiami abangnya dengan alasan yang tidak jelas.

"Iya dimaafin, sekarang masih marah?"
Lian menggeleng sebagai jawaban.

"Lain kali jangan diemin abang lagi ya! Abang ga suka kalo Lian diem gini, abang lebih suka kalo Lian banyak omong tau."
Lian mengangguk dan menghampiri abangnya lalu memeluknya.

"Maafin Lian abang."

"Iya, abang sayang banget sama kamu Lian."

"Lian juga saya abang."

"Dah, sekarang ayo kita tidur!"

"Puk-pukin Lian ya!"
Jean tersenyum dan mulai menepuk-nepuk pelan kepala adiknya hingga Lian tertidur.















TBC

the truth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang