39

644 56 1
                                    

"Ma, Lian belum pulang?"

"Belum!"

"Apa kita cari adek aja ya?" Jean khawatir karena sudah lebih dari satu jam dari waktu pulang sekolah, tapi Lian masih belum pulang. Jean takut jika terjadi hal tidak baik pada adiknya.

"Ngapain dicari, udah gede tau jalan pulang kok."

"Assalamualaikum!" Arman memasuki rumah setelah pulang kerja.

"Waalaikumsalam!"

"Kalian kenapa nih?"

"Pa, Lian belum pulang."

"Kemana emang?"

"Ga tau, sejak waktu  pulang sekolah tadi Lian belum pulang."

"Kalo gitu papa cari dulu!"

"Abang ikut!"

"Pa, kamu baru pulang mending makan dulu, kamu juga bang!"

"Lian belum pulang Rin, aku takut dia kenapa-napa." Arman juga terlihat khawatir saat tau Lian belum pulang. Mengingat jam pulang anak-anaknya sudah satu jam lalu.

"Halah, paling dia lagi keluyuran."

"Terserah aku mau cari Lian, bang ayo kalo mau ikut!"

Jean berjalan mengikuti papanya menuju mobil.

"Ck, awas aja kalo ternyata anak itu malah buat masalah!"

Arman dan Jean kini tengah menyusuri jalanan untuk mencari Lian. Mereka sempat pergi ke sekolah Lian untuk memastikan keberadaannya. Tapi penjaga bilang semua murid sudah pulang.

"Ck, adek kamu belum ada hp lagi!" Lian memang belum dibelikan hp oleh Arman, sementara Jean sudah.

"Pa pa, itu Lian bukan sih?" Jean sedikit memincingkan matanya saat dia merasa ada seseorang mirip Lian sedang nongkrong di sebuah warung.

"Kamu yakin?"

"Kayaknya iya deh pa, itu ada temennya Lian yang pernah ke rumah."

"Ya udah kita samperin."

Arman menjalaninya mobilnya menuju warung tersebut.

Jean bergegas turun dan menghampiri Lian.

"Lian!" Panggil Jean.

Lian menoleh kearah seseorang yang memanggilnya. Lian terkejut saat ada abang dan juga papanya.

Arman terdiam saat melihat penampilan Lian yang terlihat seperti berandalan. Baju sekolah yang tidak dimasukkan, rambut acak-acakan, dan sebatang rokok ditangannya.

"Lian kamu ngerokok?" Tanya Jean terkejut.

Wildan dan Bagas juga terlihat sangat terkejut saat papa dan abang Lian tiba-tiba berada disini.

Arman menarik Lian untuk berdiri.

Plakk

Lian memegang pipinya yang terasa panas setelah mendapat tamparan dari papanya.

Arman tidak berkata apa-apa lagi lalu menyeret Lian masuk ke dalam mobil. Lalu diikuti oleh Jean.

.
.
.

Sesampainya dikediaman mereka, Arman kembali menggeret Lian ke dalam rumah.

Plakk

Lagi, Arman menampar Lian lagi.

"Pa, Lian jangan ditampar lagi!" Jean yang melihat adeknya dipukul tentu saja tidak suka.

"Kenapa, bikin ulah lagi kan dia? Sekarang ulah apa lagi yang dia buat?"

the truth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang