16

656 56 0
                                    

Hari ini hari pertama Jean masuk dengan normal, setelah tiga hari melewati masa orientasi. Selama itu juga Jean selalu diantar jemput oleh mamanya, karena mamanya tidak mengijinkan Jean untuk bersepeda sendiri karena jaraknya antar sekolah dari rumah lumayan jauh.
Dan untuk Lian dia masih menggunakan sepedanya. Dia selalu berangkat dengan Yoga, kadang Yoga yang menghampirinya ke rumah.
Terkadang juga, sang papa menawari Lian untuk mengantarkannya, tapi Lian memilih untuk menolak.

"Lian hati-hati, Yoga jangan ngebut. Aku berangkat dulu, dadahh!" Jean melambaikan tangannya kearah Lian dan Yoga yang dibalas lambaian juga oleh keduanya. Dan setelah mobil yang Jean tumpangi melaju, Lian dan Yoga mulai mengayuh sepedanya.

Yoga mengayuh sepedanya lumayan kencang, sementara Lian hanya mengayuh dengan santai.
Yoga yang merasa bahwa Lian udah ketinggalan jauh, mulai memelankan kayuhannya.

Yoga lama-lama kesel juga, nunggu Lian yang masih di belakang jadinya dia lanjut ngebut lagi. Mending ditunggu di sekolah aja pikirnya.

Sesampainya di sekolah, Yoga memarkirkan sepedanya ditempat parkiran, lalu dia kembali berjalan kearah gerbang untuk nunggu Lian.
Dan setelah lebih dari lima menit akhirnya Lian sampai juga. Yoga berfikir kalo hari ini Lian terlihat lemas dan tidak bersemangat.

"Kamu kenapa si, sakit ya?" Tanya Yoga.
Lian menjawab dengan gelengan, tanpa menoleh kearah Yoga.

"Kamu marah sama aku, gara-gara aku tinggalin tadi?"

"Enggakkk!" Jawab Lian yang mulai sebel ditanyain terus sama Yoga.

"Terus kenapaa? Jangan diem dong!" Yoga menggoyangkan lengan Lian.

"Nanti waktu istirahat aku ceritain."

"Janji ya?" Yoga menyodorkan jari kelingkingnya, bermaksud untuk membuat Lian berjanji padanya.
Lian membalasnya den mengangguk, setelah itu mereka berjalan bersama menuju kelas.

.
.
.

"Ayo cepet Lian!"

Bel istirahat sudah berbunyi, dan Yoga buru-buru mengajak Lian keluar kelas. Dia sudah sangat penasaran dengan alasan Lian menjadi diam akhir-akhir ini.

"Mau kemana?" Tanya Lian.

"Katanya tadi mau cerita, kamu udah janji lho. Kalo ga kamu tepatin nant-

"iyaaa!"

"Hehe gitu dong!"

"Tapi jangan di kantin."

"Terus dimana? Ga bisa sambil jajan dong."

"Kamu beli jajan dulu aja, aku tunggu di taman belakang."

"Oke!" Yoga langsung berlari menuju kantin. Mau buru-buru beli jaja, dan dengerin cerita a Lian.

Lian melihat yoga membawa dua kresek yang berisikan jajanan ringan dan juga minuman.

"Ini aku beli banyak, buat kamu juga."

"Kamu belinya banyak banget."

"Gapapa, ayo cepet kamu cerita!"

Lian terdiam sejenak saat yoga menyuruhnya untuk cerita. Sebenarnya dia tidak yakin, tapi dia sudah terlanjur janji.

"Kamu janji ya, jangan bilang siapa-siapa ya!"

"Iya aku janji."

"Mama sama papa ga sayang sama aku, mereka lebih sayang sama abang. Abang setiap hari diajak ngobrol sama main, tapi aku enggak. Mama sering marahin aku, tapi abang ga pernah dimarahin. Padahal aku ga nakal, tapi tetep aja mereka lebih sayang sama abang." Lian menunduk setelah bercerita.

"Kemari aku juga diemin bang Jean, aku kesel sama bang Jean. Soalnya semuanya sayangnya ke bang Jean, aku ga pernah ada yang nanyain, ga ada yang pernah ngambilin makan, ga ada yang nyiapin makan."

"Setiap nenek kakek semua dateng pasti yang dipanggil abang, yang dibeliin mainan cuma abang. Kalo tanya mainan aku mana, katanya lupa. Terus mereka lebih seneng main sama abang dari pada sama aku. Aku sedih banget Yoga, tapi aku ga boleh nangis karena kata bang Jean aku udah SD kelas 6 ga boleh cengeng." Setelah bercerita entah kenapa Lian mendongakkan kepalanya dan tersenyum kearah Yoga.

"Lian, kalo mereka ga sayang kamu masih ada aku sama ibu yang sayang sama kamu. Kalo kamu ada masalah lagi, cerita ya ke aku aja yaa, jangan dipendem sendiri."
Yoga memeluk tubuh Lian.
Lian memang cukup dekat dengan ibu Yoga, karena mereka lebih sering main bareng dan kadang mainnya di rumah Yoga.

"Makasih ya Yoga udah mau dengerin cerita aku."

"Sama-sama, Lian aku yakin bang Jean juga sayang sama kamu. Kamu jangan sedih-sedih lagi ya!"

"Iya, makasih."

Yoga tersenyum kearah Lian, dia tau pasti temannya ini sangat sedih. Saat semua kasih sayang hanya berpusat pada satu orang. Bahkan Yoga juga sudah menyadari bahwa perlakuan kedua orang tua tamannya ini sangat berbeda saat memperlakukan Lian dan Jean.














TBC

the truth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang