18. Peringatan

275 75 131
                                    

Jangan lupa meninggalkan jejak berupa vote dan komentar yaa. Terima kasih dan selamat membaca <3!

"Ce Maria, ternyata aku lolos ke babak selanjutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ce Maria, ternyata aku lolos ke babak selanjutnya. Tadi sore aku dihubungi pihak Get Ready With You, katanya ada yang mengundurkan diri dan aku langsung ditawari untuk ikut kompetisi ... "

Maria melipat kedua tangan di depan dada ketika mengamati gemerlap indah Kota Jakarta dari jendela besar apartemennya di lantai dua puluh. Cahaya ibu kota tak pernah padam dan tak pernah kalah indah dari gemerlap malam kota Paris, New York, atau negara-negara lain yang pernah disinggahi oleh Maria. Perempuan itu menyandarkan punggung pada sofa hitam mewahnya selagi memutar gelas wine perlahan dengan gerakan melingkar sehingga wine melapisi sisi-sisinya.

"Ternyata Prista lolos."

Maria mengernyitkan dahi samar saat menciptakan kontak mata dengan salah satu tamunya malam ini. Maria menyesap sedikit wine, meletakkan gelas di atas meja, lantas bertanya, "Bukankah seharusnya kamu senang? Dia sahabat kamu, kan?"

Arsylla menganggukkan kepala pelan. Ekspresi wajahnya dipenuhi penyesalan sekaligus kebingungan. Arsylla bersumpah dia tak ingin menjadi sahabat bermuka dua, hanya saja keadaan sangatlah tidak mendukung. Perempuan cantik itu menegak wine dalam gelas tanpa sisa dan menyahut, "Ce, aku teman yang jahat ya? Aku sudah mengorbankan sahabat baikku demi diriku sendiri."

"Saya nggak bisa memberi banyak komentar soal itu, karena saya paham posisi kamu," Maria menarik napas panjang, menekuk kedua kaki jenjangnya ke atas sofa dan kembali menatap lekat germelap malam ibu kota. Wajah Maria tampak datar; tak menunjukkan iba ataupun empati saat melanjutkan, "Sesekali egois itu nggak masalah, termasuk mengorbankan orang lain ketika mencoba mencari jalan keluar. Yang saya tahu adalah saya nggak bisa hidup seperti ini selamanya. Saya butuh orang lain untuk menggantikan posisi saya. Itu aja."

Arsylla termenung ditemani keheningan yang memprihatinkan usai Maria melontarkan sederet kalimat tersebut. Arsylla menautkan jemari, menunduk, dan memikirkan semua kesalahan yang sudah dibuat di masa lalu. Arsylla tak pernah berencana 'mengorbankan' Prista. Arsylla hanya ingin lepas dari kegilaan yang menjerat selama beberapa bulan belakangan sebelum bertemu Maria dan membuat rencana bersama untuk mencari solusi.

"Right," seorang perempuan yang duduk tak jauh dari Arsylla bersuara memecah kesunyian. Florita, salah satu orang kepercayaan Maria yang bekerja di salah satu perusahaan periklanan itu membuang napas gusar. Flo tak mengalihkan pandang dari ponsel; sibuk membalas pesan seseorang. Meski begitu dia tetap menyimak, "Lagian teman lo hanya dipakai untuk pengalihan semata aja. Nggak lebih. Pak Dirga nggak benar-benar suka cewek muda seusia lo apalagi Evelyn. Ce Maria hanya butuh teman lo untuk menjauhkan Evelyn dari Pak Dirga dan setelah itu urusannya done. Actually, kita semua di sini cuma butuh kambing hitam untuk diserahkan sebelum bisa bebas. Dan anggap aja ini sebagai balas budi teman lo, karena dia nggak akan punya komunitas tanpa bantuan lo."

Get Ready With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang