9. Harapan dan Persiapan

1.7K 286 64
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya. Terima kasih!

 Terima kasih!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

7 Maret 2024

Hari ini, Prista iseng menggun akan kereta mass rapid transit alias MRT sebagai bentuk pelepasan stres. Baginya, kereta zaman sekarang sudah memiliki fasilitas memadai untuk para penumpang. Prista pun naik kereta di jam sepi. Rasanya asyik, apalagi saat orang-orang memandangnya aneh hanya karena membawa dua koper beauty case berukuran besar dan satu payung kuning muda bermotif semangka lucu.

Kemudian, Prista semringah lebar kala Maria tiba-tiba menghubungi. Prista membuka payung guna melindungi diri dari sinar matahari ketika melangkah keluar dari stasiun kereta bawah tanah tersebut.

"Congratulations." Itulah kata pertama yang terlontar dari bibir Maria sesudah Prista menerima panggilan telepon darinya. Senyum bangga nan puas menghiasi bibir Prista. Prista mengusap peluh yang membasahi pelipis, menatap matahari di langit yang bersinar terik siang ini, dan menyibak rambut ke belakang telinga penuh percaya diri.

Dia memasukkan selembar uang ke dalam vending machine, menekan tombol lantas mengambil minuman kaleng bersoda itu dari bawah. Prista membuka klip penutup kaleng menggunakan jari telunjuk dan minum beberapa teguk.

"Joanna jarang mau terbuka ke orang lain, tapi kamu berhasil membuat dia seterbuka itu memamerkan hubungan kalian ke publik. Saya lihat unggahannya di Twitter waktu itu yang membawa dampak positif untuk kamu." Maria berucap tulus meski nadanya terdengar judes. "Thank you sudah membuat Joanna happy. Dia juga kelihatan super cantik di balik balutan makeup yang kamu aplikasikan. Saya juga mengapresiasi riasan alisnya, yang nggak kamu buat seperti pedang Pattimura, seperti kebanyakan MUA lainnya. And I want to apologize, karena baru mengucapkan sekarang."

Kelegaan serta kebahagiaan menyeruak mengisi setiap sudut relung hati. Prista mengulum bibir; tidak bisa berhenti tersenyum di depan umum. Prista memeluk gagang payung sembari memegang kaleng soda, tangan kanannya digunakan untuk menggenggam ponsel.

"Makasih, Ce Maria." Prista terkekeh pelan walau dalam hati sudah menjerit tak keruan. Prista menggerakkan satu kaki; menendang-nendang udara kosong salah tingkah. "Aku nggak nyangka Ce Maria bakal reach out secara langsung kayak gini."

Beberapa pejalan kaki serta pengendara yang lewat melirik Prista dengan tatapan menghakimi serta keheranan. Jarang sekali ada orang berambut seterang Prista di pinggir jalan, membawa dua beauty case besar, dan ketawa-ketawa sendiri kala berada di bawah payung berwarna nyentrik. Mereka pikir, Prista adalah pasien rumah sakit jiwa yang kabur di siang bolong.

"Iya," Maria berdeham sejenak sebelum menagih. "Progres kamu sudah sampai mana? Setahu saya, seleksi awal MUA Hunter berakhir tanggal sepuluh Maret yang berarti tiga hari lagi. Tapi, saya lihat kamu belum mengunggah apa pun di Instagram kamu."

Get Ready With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang