21. Gertakan Sang Iblis [+]

530 73 118
                                    

Trigger warning: Sexual assault and emotional abuse.

This content is unsuitable for minors and may be disturbing for some individuals. Please read wisely. Thank you!

"Sayang, nanti malam datang ke rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sayang, nanti malam datang ke rumah. Jangan terlambat dan jangan ganti baju. Kamu tahu konsekuensinya jika melanggar, kan?"

Dirga terpaksa tunduk, sebab dia sama sekali tidak memiliki kuasa dan menerima ancaman yang kerap kali membuatnya mempertanyakan harga diri serta logika. Rasa takut bercampur cemas membelenggu; jeratan konsekuensi tidak pernah berhenti menghantui barang sedetik.

Dirga mengunjungi sebuah rumah megah yang dulu pernah disinggahi selama setengah tahun sebelum resmi bercerai. Rumah mewah yang dibeli oleh ayah Cassandra seharga puluhan miliar untuk putrinya seorang. Jantung Dirga berdetak kencang usai gerbang dibukakan oleh seorang pelayan yang juga berniat pulang sesudah diusir oleh Cassandra.

"Dita."

"Sudah ditunggu nyonya di dalam, Pak," Dita menunduk dalam saat berdiri menghadap Dirga. Menunjukkan ketidaknyamanan serta gerak-gerik ingin pergi. Dita tahu lelaki di hadapannya sungguh baik, berbeda dengan sang mantan istri yang bersikap sok superior serta tak punya hati. Dita bergumam, "Saya izin pulang. Tadi sudah diusir nyonya dan saya nggak berani macam-macam. Maaf, Pak, saya nggak bermaksud menyinggung Bapak."

"Nggak masalah. Saya ngerti."

Dirga masuk ke rumah yang dipenuhi kehampaan serta memori buruk. Interior moderen yang sukar dinikmati sembarang orang tidak mampu mengubur hal-hal buruk yang telah menimpa. Dadanya sesak; diremas rasa takut serta cemas berlebih hingga keringat dingin membasahi pelipis. Bagaimana caranya melarikan diri? Dirga berharap neraka ini segera berakhir saat mengetuk ragu pintu kamar pribadi milik Cassandra.

Dirga mendorong pintu; bunyi deritan pintu serta dinginnya air conditioner menyapa panca indra. Dirga menahan napas. Kamar itu sukses memicu ketakutan berkali-kali lipat.

Mata Dirga spontan menangkap sosok Cassandra, yang mengenakan gaun tidur satin putih selutut dan sepatu hak tinggi berwarna merah menyala, duduk tenang di atas meja dengan dua kaki jenjangnya yang menjuntai ke lantai. Di tiap sisi tembok, ada pakaian-pakaian kerja milik Dirga yang sengaja dipajang sebagai koleksi pribadi. Ada pula manekin tak berbusana di samping meja yang memang sengaja diletakkan di sana.

"Sayang, aku sudah nungguin loh dari tadi," suara Cassandra lembut namun menusuk. "Hampir aja videonya aku sebar. Duh, kamu selalu berhasil main-main dengan batas kesabaran orang lain. Untung aku orang baik. Kamu itu ... selalu bikin aku menjadi orang jahat di sini."

"Maaf."

"Sekarang berlutut."

Dirga tidak pernah sanggup menaati perintah itu. Dia menunduk ketika tidak sengaja menciptakan kontak mata dengan Cassandra yang tengah memilin-milin ujung rambutnya centil sembari melemparkan tatapan nakal.

Get Ready With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang