Warning ... 🔞+
London, kediaman utama keluarga Benetnasch.
Tadinya Hobie berpikir, bahwa Hyeri akan mengambil keputusannya dengan memutuskan agar tidak turut hadir dalam acara makan malam keluarganya hari ini, mengingat beberapa kejadian yang selalu berakhir sama begitu Hyeri dan Hobie kembali ke kediamannya setelah melewatkan acara makan malamnya bersama tuan dan nyonya Benetnasch.
Seperti permulaan yang sama dengan makan malam yang pernah terjadi sebelumnya dengan ketenangan yang terlihat harmonis. Bukan acara makan malam yang resmi, kini para anggota keluarga Benetnasch terlihat saling duduk berhadapan mengitari meja makan berukuran persegi panjang yang berada di dalam ruang makan.
Lampu kristal yang menggantung di tengah ruangan dengan cahaya warna putih yang menghangatkan turut menyelinap dalam kedekatan keluarga tersebut. Terlebih, aroma terapi yang menguar dan berasal dari lilin berwarna putih tepat di dalam wadah lot lantern berbentuk lotus itu tampak menghias cantik di atas meja makan yang tertutupi dengan taplak meja yang berwarna senada. Berdiri sekaligus berbaur di antara beberapa menu hidangan yang telah tersaji di atas sana yang kini tengah disantap oleh para anggota keluarga, lengkap dengan hidangan pembuka sekaligus penutup.
Dalam balutan kemeja berwarna hitamnya, Hobie dengan tenang duduk bersisian bersama istrinya. Menikmati sepiring spageti Bolognaise buatan ibunya yang sepertinya sudah lama sekali tidak ia santap. Untuk sejenak, ketika ia sedang mengunyah makanannya, Hobie mengerlingkan netranya. Diam-diam mengamati keluarganya yang duduk mengelilingi meja tersebut.
Tepat di hadapannya dari tempat ia duduk, seorang wanita bersurai pendek berpotongan sebahu yang tampak anggun dalam balutan gaun berwarna merah darahnya duduk ditemani dengan seorang pria yang usianya hanya terpaut satu tahun dengan Hobie. Turut menikmati hidangan yang disajikan. Walaupun kesunyian yang lengang itu hanya terusik oleh suara dentingan alat makan yang saling bersinggungan. Namun, suasana makan malam hari itu masih terlihat sangat kondusif.Tidak lupa juga, di antara sosok para orang dewasa, seorang gadis kecil berusia tiga tahun tampak tenang dalam duduknya. Walaupun, mau tak mau, dengan perasaannya yang polos, ia harus rela terinterupsi dalam aktivitas makannya yang berantakan di atas baby sit-nya karena duduk di sisi ayahnya yang merupakan kakek dari gadis kecil tersebut.
Bagi Alex, kehadiran sosok gadis kecil itu merupakan pelengkap dalam kesempurnaan keluarga besarnya. Betapa sosok inilah yang kini berhasil menyita seluruh perhatian Alex Benetnasch beserta semestanya termasuk perhatiannya yang lebih memuji adik perempuannya, Alice Benetnasch. Terlihat begitu kentara, bahkan Hobie menyadari sikap yang dirasa timpang tersebut.
Walaupun tipis, dari sudut pandangnya, Hobie bisa merasakan sedikit kehadiran atmosfer yang membuat suasana hangat tersebut terselip dengan ketegangan. Saat itu, Hobie beralih memperhatikan wajah sang ibu di mana ekspresinya yang semula dipenuhi senyum senang kala bertemu Hyeri, kini tergantikan dengan tatapan sinis yang begitu menusuk karena sikap suaminya Alex yang begitu terang-terangan. Bahkan dari bagaimana sang ibu tampak memainkan spagetinya tanpa menaruh minat, terlihat sekali bahwa sikap Alex telah menghilangkan selera makannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retrouvaille
FanfictionJika makna dari kesempurnaan itu bisa bergeser sedikit saja, mungkin segalanya tidak akan menjadi sulit. "Kumohon jangan mati!" "Hobie!" Warning 18+ Mohon bijak dalam membaca ya.