9. Impossible

42 13 12
                                    

Seorang wanita sedari tadi tampak begitu gelisah menunggu sebuah hasil pemeriksaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seorang wanita sedari tadi tampak begitu gelisah menunggu sebuah hasil pemeriksaan. Di sebuah koridor rumah sakit dengan pencahayaan putih yang berasal dari lampu neon berbentuk tabung kecil memanjang, di mana dalam ruang khusus tersebut setelah melakukan pengecekan medis, wanita bersurai gelap panjang bergelombang sepunggung dalam balutan dress berwarna merah batanya dengan renda yang melintang di bagian tengah dada, tampak duduk menyendiri di salah satu sudut ruangan.

Duduk seraya mengerlingkan bola matanya guna mengusir kekhawatiran, menghindari keramaian yang sebenarnya masih tampak begitu lengang. Hanya ada lima belas pasien yang tampak menunggu di dalam sana dengan berbagai posisi, mulai dari duduk, berdiri, lalu tak luput juga beberapa orang yang tampak mendampingi kerabat yang sakit.

Salah seorang di antaranya tampak mengusap perlahan punggung tangan mereka seraya berlutut guna memberi penguatan, bersamaan dengan seulas senyum penuh harap. Namun begitu tetap saja, ia berusaha menjaga jarak aman dari rasa takut tertular penyakit. Siapa tahu, karena tidak ada yang tahu jika sudah berkaitan dengan virus, terlebih rumah sakit di mana para pasiennya memiliki berbagai macam jenis penyakit.
Di sudut ruang tersebut dengan berusaha tetap tenang, Hyeri yang menunggu, begitu dekat dengan posisi pendingin ruangan yang disetel sesuai kebutuhan tepat sedang berdiri di sampingnya. Sengaja dikondisikan agar suhu di dalam ruang tersebut tidak terlalu pengap.

Dengan harap-harap cemas, Hyeri tiada hentinya mengarahkan netranya pada arloji yang melingkar sempurna di tangan kirinya. Bila ia memperkirakan, harusnya ini telah berakhir. Pikirnya saat itu dengan memperhitungkan dengan apa yang telah ia lalui.
Beberapa saat sebelum ia keluar dari ruang pemeriksaan, ia telah bertanya terlebih dahulu pada pihak medis yang kala itu telah melalukan berbagai macam tes untuk mendeteksi kemungkinan ada atau tidaknya alergi pada dirinya. Dokter yang bertanggung jawab dibidangnya pun turut mendampingi dirinya selama berlangsungnya proses pemeriksaan.

Tentu saja setelah melakukan saran dari dokter agar selama dua hari sebelum menjalani tes, Hyeri tidak mengonsumsi obat-obatan tertentu yang memiliki kecenderungan yang dapat menimbulkan indikasi akan adanya terjadinya alergi. Hanya untuk memastikan dirinya baik-baik saja, wanita itu berusaha mencari tahu mengenai kesehatan dirinya sendiri.

Di sebuah rumah sakit, London Hospital, Hyeri memeriksakan dirinya setelah malam itu. Terlebih semenjak menikah dengan Hobie, Hyeri tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Sejenis alergi. Hanya sebatas pemikiran yang umum.

Pagi itu, lagi-lagi ia menemukan bercak merah di bagian permukaan jaringan epidermis miliknya tepat di bagian kedua pahanya dan juga tangan kanannya. Sungguh, hal ini sangat mengganggu meski ia tidak memikirkannya secara penuh. Namun, ia tetap membutuhkan obat pereda jika memang hal ini benarlah indikasi alergi.

Selang beberapa saat, setelah ia tenggelam dalam kekhawatirannya sendiri dengan harapan baik-baik saja, seorang perawat pun menghampiri dirinya. Menyampaikan sesuatu masih dalam aturan yang sesuai dengan prosedur jalannya pemeriksaan.
Begitu mendengar bahwa hasilnya telah keluar, perawat tersebut dengan rendah hati mengantarkan Hyeri selaku pasien bersama dengan hasil pemeriksaan medis ke ruang dokter spesialis yang hendak dituju. Dalam setiap langkahnya di mana Hyeri memilih diam dan mengekori perawat tersebut dengan melewati beberapa lorong dan juga menggunakan elevator menuju lantai yang dituju, wanita tersebut berusaha menenangkan dirinya.

RetrouvailleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang