Hingga beberapa bulan terlewat dan tahun pun berganti, tiada terasa, kebersamaan mereka akhirnya membawa keduanya, baik Hobie maupun Heiran lulus dari universitas. Setelah menjalin hubungan nyaris empat tahun, Hobie hari itu membawa Heiran untuk menemui kedua orang tuanya. Ingin menyudahi masa pacaran mereka yang cukup dinilai lama dan mulai membangun hubungan ke jenjang yang lebih serius.
Tentu saja setelah pertimbangan yang cukup sulit. Bahkan kata-kata pria itu yang tak lain dan tak bukan dari sahabat Heiran sendiri begitu mengusik dirinya.
“Melihat tekadmu, kali ini aku mengalah. Bukan karena kau, tapi karena aku melihat cinta di mata wanitaku dan aku tidak ingin menghancurkan kebahagiaannya.”
Hobie yang mendengarnya sontak mengepalkan kedua tangannya. Geram akan bagaimana Suhaa menyeut wanitanya dengan kata yang sama, seolah benar-benar mengklaim bahwa Heiran adalah miliknya. Namun, yang ditatap tajam pun juga tidak peduli akan ekspresi Hobie yang telah begitu tegang dan serius.
Lalu melanjutkan tanpa menghiraukan apa yang dipikirkan Hobie saat ini. “Jika kau benar-benar ingin menjaganya, jagalah ia baik-baik. Karena begitu kau membiarkannya terlepas, aku tidak akan melepaskannya lagi untukmu.”
Seketika itu Hobie menarik napas dalam. Mencoba mengalihkan perhatian dan tetap terfokus pada jalanan yang ia lewati. Bila mengingatnya, Hobie merasa kesal dan jengkel sendiri. Namun, menangkap satu mimik misterius akan sesuatu yang Hobie sendiri begitu sulit mengartikannya. Dari tatapan mata Suhaa yang berpaling, akan tetapi menyimpan banyak arti.
Tidak sadar, bila wanita di sebelahnya sedang memandang bingung. Heiran tertegun begitu mobil yang membawanya lambat laun mulai mengurangi kecepatan dan berhenti di depan sebuah pekarangan yang begitu luas. Untuk pertama kalinya, Heiran dibawa Hobie ke kediaman utama keluarga Benetnasch.
Heiran yang tiba-tiba saja merasa panas dingin sontak menoleh ke arah Hobie meminta penjelasan“Hobie, ini ....”
“Kediaman keluargaku. Sudah waktunya memperkenalkanmu pada mereka,” jawabnya santai.
Hobie tersenyum lembut. Mengesampingkan setiap ucapan Suhaa yang akhirnya membuatnya untuk mengambil keputusan seperti ini. Bahkan di tengah penjelasannya terhadap Keiyona saat ini di mana ingatan tersebut begitu ingin ia ungkapkan pada sahabatnya, pria itu ingat benar hari di mana Hobie sendiri membawa Heiran untuk bertemu keluarganya untuk pertama kali.
Tepat di musim semi. Lebih tepatnya di awal memasuki musim semi di mana bunga-bunga tepat di pekarangan taman milik keluarga Benetnasch sedang bermekaran. Berbaris membentuk warna bak corak pelangi yang begitu indah.
Heiran yang melihatnya saja dibuat kagum. Terlebih air mancur di tengah kolam berbentuk bunga lotus, tepat di tengah pekarangan membuatnya merasa sedikit lebih tenang akan suara gemercik air yang dihasilkan.
Begitu mobil terparkir sempurna, Hobie yang seraya melepas seatbelt-nya pun beralih mengitari bagian depan mobil hanya untuk membukakan pintu untuk Heiran. Memperlakukannya begitu istimewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retrouvaille
FanfictionJika makna dari kesempurnaan itu bisa bergeser sedikit saja, mungkin segalanya tidak akan menjadi sulit. "Kumohon jangan mati!" "Hobie!" Warning 18+ Mohon bijak dalam membaca ya.