"Nanti sore kamu lembur nggak? Menjelang natal nih aku buka jasa pre order hampers kue daripada gabut soalnya bulan ini aku close order buat nanganin kasus."
Chelsea bertanya sembari membenarkan dasi suaminya yang akan berangkat bekerja.
"Nggak deh, soalnya hari ini jadwal aku habis ngajar ke kampus langsung pulang nggak ada jadwal di pengadilan." Balas Yericho.
Setelah membenarkan dasi suaminya, Chelsea mengambil selembar kertas kecil dari laci kamarnya. "Yaudah nih nitip beliin bahan kuenya."
"Asiap, oh iya natal nanti mau pulang ke Bali atau rayain disini aja?"
"Disini aja udah bosen pulang ke Bali. Nunggu hari raya Imlek aja kalau Bali lumayan nanti Yesaya bisa ngumpulin angpao dari om sama tante-tante aku disana." Balas Chelsea diangguki Yericho.
"Aku berangkat dulu." Yericho berpamitan membawa tasnya untuk pergi ke kampus tempat ia mengajar.
"Jangan lupa beli bahannya ya." Ingat Chelsea.
"Iya Bu boss." Yericho langsung mengegas motornya meninggalkan rumahnya.
Chelsea melihat ke rumah sebelahnya terdapat Zayyan yang baru saja keluar dari rumah langsung masuk ke dalam mobil. "Suaminya tetangga sebelah kok jarang di rumah ya. Apa jangan-jangan yang dikatain Bu RT bener lagi." Gumamnya.
"Mana istrinya nggak pernah berbaur sama tetangga. Hmm mencurigakan."
"Mi mami Zara pindah ke sekolah Yesaya." Panggil Yesaya yang baru pulang dari sekolah dengan bersepeda.
"Lho kamu kok udah pulang? Papi aja baru berangkat barusan."
"Pulang pagi soalnya ada guru yang meninggal. Jadi tadi habis perkenalan anak baru terus pulang deh." Balas Yesaya simple tidak ribet.
"Anaknya baik nggak?"
Yesaya menghela nafas kemudian masuk ke dalam rumahnya, "Nggak deh soalnya dia terlalu pintar jadi satu kelas semua kena mental."
"Udah kaya, pinter, goodlooking fix no debat jadi murid kesayangan guru-guru." Sambung Yesaya membuat Chelsea paham jika diposisi anaknya itu.
"Mami jadi punya ide deh."
"Ide apa mi? Kasih tahu dong biar jadi kayak Zara."
"Kamu deketin aja Zara, Pepet terus sampe dapet nanti kamu suruh Zara ajarin kamu biar pinter." Chelsea memberikan usulan yang bisa dibilang cukup hebat bagi Yesaya.
"Biasanya kalau temenan sama orang pinter nanti kamunya jadi ikutan pinter." Sambungnya membuat Yesaya langsung mengacungkan jempolnya.
"Emang ide mami nggak pernah ada yang salah."
"Tadi yang anterin Zara siapa? Ayo gibah ay." Ajak Chelsea duduk disamping putra bungsunya yang baru saja melepaskan sepatunya.
"Mamanya pake mobil, mana mamanya kayak galak gitu kalau Zara pengen jajan diluar sekolah." Balas Yesaya yang selalu memperhatikan tetangga barunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga kok gitu?
Fanfic«ᵇᵉᵇᵉʳᵃᵖᵃ ᵖᵃʳᵗ ᵖʳⁱᵛᵃᵗᵉ, ᵈⁱ ʰᵃʳᵃᵖ ᶠᵒˡˡᵒʷ ᵈᵘˡᵘ ˢᵉᵇᵉˡᵘᵐ ᵐᵉᵐᵇᵃᶜᵃ» "Rumput tetangga lebih hijau." Kehidupan bertetangga dengan beragam penghuninya ada yang julid ceplas-ceplos mulutnya, ada yang suka gibah, ada yang hobi ngeroasting, ada juga yang cuek d...