ー Annyong! Iih gemes banget deh sebenernya sama cerita ini, udah dari lama sih aku mau publish ni cerita tapi, ga kesampean mulu!
ー Why? Itu karna aku takut alurnya stuck di tengah jalan T-T
ー And finally! Aku memutuskan untuk berani mempublish cerita ini walaupun harus menerima segala rintangan yang akan terjadi di masa mendatang :)
ー Happy enjoy it!
◥◤◥◤◥◤
Suara pukulan itu terus-menerus menggema. Suara rintihan begitu jelas terdengar.
"Maafin, Naren, Pa..."
Tongkat baseball yang menjadi alat untuk memukul itupun terlempar, di ujungnya ada sedikit bercak darah. Pukulan itu adalah pukulan yang terakhir, tetapi pukulan terakhir inilah yang membuat tubuh seorang bocah berusia 11 tahun ambruk di lantai yang dingin.
Bocah itu merintih kesakitan, air mata terus menetes. Punggungnya terasa sakit, benar-benar sakit. Luka kemarin belum sembuh sepenuhnya, dan kini luka itu mungkin akan semakin parah karena beberapa pukulan tadi.
"Kamu tau, kan, Naren, kalo Papa tidak suka anak Papa melanggar peraturan?" Suara bariton itu memenuhi ruang kamar.
Bocah cilik itu mengangguk, membenarkan ucapan sang papa.
"Jadi, kenapa Naren melanggar? Naren tau, kan, jika melanggar akan mendapat hukuman?"
Lagi-lagi bocah cilik itu mengangguk dengan sesenggukan.
"Itu hukuman dari Papa! Jika Naren berbuat kesalahan lagi, Naren harus menerima hukumannya! Papa tidak akan menghukum Naren kalau Naren tidak melakukan kesalahan. Sekarang Naren boleh istirahat, bersihkan dulu tubuhmu itu. Papa harus kembali bekerja," ucap Pradipta, selaku papa Naren, si bocah cilik itu. Setelah mengucapkan kata-kata itu, Pradipta keluar dari kamar sang anak.
Sementara Naren, ia masih meringkuk di lantai kamar yang dingin. "Sa-sakiit... Ss-sakit, Paa..." lirihnya.
Perlahan-lahan bocah cilik itu bangkit, ia berjalan pelan menuju ke kasur miliknya. Tangan kecilnya mengambil sebuah obat yang berada di atas nakas untuk kemudian ia minum. Setelahnya, bocah cilik itu dengan hati-hati membaringkan tubuhnya di atas kasurーmenghadap ke samping. Punggungnya masih sangat sakit, ia tidak mungkin harus tidur dengan posisi terlentang, itu akan membuat Naren semakin kesakitan.
Mata sayu itu perlahan-lahan menutup akibat efek dari obat yang dia minum tadi. Bibirnya bergetar, menggumamkan sesuatu.
"Bunda, Naren kangen..."
Setelahnya, Naren benar-benar menutup matanya. Tidak ada lagi suara rintihkan kesakitan. Darah mulai merembes pada sprei biru tua milik Naren. Meski begitu, Naren sama sekali tidak merintih kesakitan, sebab, bocah cilik itu sudah masuk ke dalam dunia mimpinya.
"Kenapa harus aku?"
"Hidup ini tidak adil, Tuhan!"
"Rotasi duniaku hanya berjalan di satu tempat saja, tidak seperti orang-orang."
◥◤◥◤◥◤
ー Untuk Intronya mungkin sedikit, tapi aku pastiin kalo udah masuk awal chapter, narasinya aku banyakin, biar kalian semua puas!
©hwanaa / yellowna_ | Intro WM | Published, 24 Nov 2023 | Silakan difollow IG penulis untuk lebih tahu seputar update-an berikutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me? || Zhong Chenle
Teen FictionJika mendengar kata rumah, apa yang langsung terlintas dipikiran? Mungkin orang akan berkata; itu seperti sebuah bangunan hangat, yang setiap kita datang membuka pintu, akan selalu ada orang-orang yang menyambut kita dengan senyum lebar. Tempat yang...