07 : No One Can Replace Her Figure

214 21 1
                                    

ー Saran dan kritik diperbolehkan dengan syarat gunakan bahasa yang sopan.

ー Tidak ada karya yang sempurna, tetapi setidaknya kita mau berusaha mencoba agar lebih baik🌷✨

ー Happy enjoy it!








◥◤◥◤◥





Di dalam kelas XII IPA 2 Harsa dan Al sedang tertawa terbahak-bahak. Keduanya tengah menertawakan bagaimana kondisi Naren saat ini.

"Wah, bales dendam kita akhirnya terbalaskan!" ucap Al, dengan bangga karena dendamnya pada Naren sudah terbalas.

"Lah, segitu doang? Cemen!" kata Harsa sambil tertawa remeh. "Ini baru permulaan, Al."

Al menatap Harsa dengan bingung. "Maksud lo, lo masih mau bales dendam sama Narendra, gitu?"

"Tepat sekali! Gue mau bales dendam sampe ngebuat dia gak berani nunjukin mukanya ke gue. Enak aja, dia udah berani bikin gue di permaluin sama keluarga besar gue, gue nggak tega sama Mama yang udah bela mati-matian gue di hadapan Nenek, gue sakit hati Mama juga ikut dimaki-maki, dan ini semua gara-gara bocah sialan itu!" ucap Harsa dengan rahang yang mengeras, tatapan matanya berubah menjadi tajam, dari pantulan bola matanya ada setitik kemarahan yang masih ia pendam.

Al mengela napas, ia sudah tahu bagaimana kondisi keluarga Harsa. Jadi, tanpa memprotes laki-laki itu, Al lebih baik mengikuti saja. Al jadi teringat kejadian saat dirinya di skors satu minggu yang lalu, saat itu Papanya marah besar, pun juga dengan Mamanya. Al harus dihukum dua kali lipat atas kesalahan yang diperbuatnya saat di sekolah, dan untung saja Kakak sepupunya datang untuk menolong Al dari hukuman yang diberikan oleh kedua orang tuanya.

Di sisi lain, tepatnya di rumah sakit, Naren terbaring di brankar dengan mata yang terpejam. Bocah itu sudah ditangani oleh Dokter yang saat ini sedang berbicara dengan Pradipta.

"Sebaiknya rawat inap semalam saja, Pak," usul sang Dokter.

Pradipta menolak keras usulan Dokter tersebut. "Tidak usah, Dok. Sakit anak saya juga tidak parah, jadi tidak perlu rawat inap segala!"

Sang Dokter menghela napas. "Baiklah kalau begitu." Dokter itu mengambil pulpen lalu menulis beberapa nama obat yang harus dibeli oleh Pradipta. "Ini, tolong pastikan anak Bapak makan dengan teratur ya, Pak. Minum obatnya jangan sampai telat," kata sang Dokter, sembari menyerahkan selembar kertas berisi resep obat kepada Pradipta.

Pradipta mengambil kertas tersebut, ia lalu berpamitan untuk kemudian pergi dari dalam ruangan sang Dokter.

Di koridor rumah sakit, Pradipta lantas teringat dengan ucapan si Dokter yang menyuruhnya untuk memperhatikan pola makan Naren agar teratur. Hal itu membuat Pradipta menghela napas, bagaimana ia bisa memperhatikan pola makan Naren? Sedangkan dirinya terus disibukan dengan pekerjaan di kantor, pun juga Pradipta tidak mempekerjakan ART di rumah.

Otak pria itu terus berputar untuk mencari jalan penyelesaian yang sesuai, kemudian terlintas sebuah pikiran yang membuat dahi Pradipta berkerut. "Apa sudah waktunya aku mencarikan Ibu untuk Naren, ya?"

Akhir-akhir ini pun Pradipta sedang dekat dengan teman sekantornya, Linda Arumi. Linda adalah wanita yang dikenal cukup baik oleh Pradipta, ia mempunyai aura keibuan yang kuat, juga tatapannya sangat lembut. Tatapan itulah yang mengingatkan Pradipta dengan mendiang istrinyaーRarity Shammer. Tapi bagaimana pun itu, Linda dan Rarity adalah orang yang berbeda.

Linda adalah single parent dengan satu orang anak. Menurut sudut pandang Pradipta, Linda itu tipikal wanita yang independen, tegas, berwibawa dan cerdas. Tidak heran jika ada banyak sekali pria-pria yang ingin dekat dengan Linda, namun sayangnya, Linda sama sekali tidak tertarik dengan pria-pria itu.

Why Me? || Zhong ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang