ー Saran dan kritik diperbolehkan dengan syarat gunakan bahasa yang sopan.
ー Tidak ada karya yang sempurna, tetapi setidaknya kita mau berusaha mencoba agar lebih baik🌷✨
ー Happy enjoy it!
◥◤◥◤◥◤
Kalandra tahu betul bekas luka apa itu, bekas luka pukulan oleh benda tumpul. Dari pada membuat Naren semakin tidak nyaman, Kalandra memilih untuk percaya dan mengakhiri sesi pemeriksaan ini. Naren pun kembali memakai seragamnya.
Sebelum benar-benar mengakhiri sesi pemeriksaan, Kalandra menanyakan satu pertanyaan yang mengganjal di hatinya.
"Naren, ada satu pertanyaan yang sedari tadi saya simpan. Apa... Bisa kamu menjawabnya?" tanya Kalandra.
Nare merasa was-was. Apa Dokter Kalandra masih berniat menanyakan bekas luka itu, ya? Pikir Naren.
"B-bisa!"
"Apa kamu... Indigo?"
Nare terkejut. Apa maksud pertanyaannya? Ia pikir Kalandra akan menanyakan bekas luka, tetapi ini diluar dugaan. Kalandra sama sekali tidak mengungkit bekas luka itu.
Naren menggelengkan kepalanya. "Enggak, Dok."
Mendengar jawaban dari Naren, Kalandra menganggukan kepalanya, seolah paham akan suatu hal.
"Oke! Sekarang pemeriksaannya sudah selesai, kamu boleh pergi." Kalandra mempersilakan Naren untuk keluar dari UKS.
Di luar UKS, Idan sedari tadi menunggu kedatangan Naren, terlihat raut wajahnya sangat cemas, tetapi setelah Naren keluar dari UKS, raut wajah itu kini digantikan dengan raut wajah lega.
"Naren! Kamu gak apa-apa? Dokter itu nyuntik kamu, gak? Idan khawatir banget sama kamu!" Idan melontarkan sederet pertanyaan yang sedari tadi ia simpan.
"Aku nggak apa-apa, kok. Dokternya baik! Kamu gak usah khawatir gitu..." Naren tersenyum.
"Syukur deh... Sekarang, gimana kalau kita ke kantin aja? Idan udah laper, pingin makan bakso," ucap Idan, bocah itu mengelus-elus perutnya yang keroncongan.
"Boleh deh! Ayok!"
Keduanya pun berjalan menuju ke kantin. Sebenarnya, Naren merasa sedikit bingung mengenai pertanyaan terakhir dari Dokter Kalandra, Naren ingin menanyakan alasan mengapa Dokter Kalandra menanyakan hal tersebut, tetapi Dokter Kalandra sedang menjalankan tugasnya untuk memeriksa seluruh murid kelas 11 yang masih belum diperiksa, tidak etis jika Naren mengganggu Dokter Kalandra hanya demi rasa keingintahuannya.
Tidak terasa waktu berjalan dengan sangat cepat, bel pulang sekolah sudah berbunyiーmenandakan proses KBM telah selesai. Di lorong menuju parkiran, Harsa sedang berjalan bersama Al sambil berbincang-bincang.
"Terus lo izinin, gak, Sa?" tanya Al.
"Gue belum jawab apa-apa, sih. Tapi nanti malem Mama mau dinner sama Om itu, gue disuruh ikut," jawab Harsa.
"Lo ikut?" Al kembali bertanya.
Harsa mengangguk. "Pasti! Gue, kan, anak yang penurut! Apapun perintah Mama, pasti gue lakuin!" kata Harsa dengan bangganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me? || Zhong Chenle
Teen FictionJika mendengar kata rumah, apa yang langsung terlintas dipikiran? Mungkin orang akan berkata; itu seperti sebuah bangunan hangat, yang setiap kita datang membuka pintu, akan selalu ada orang-orang yang menyambut kita dengan senyum lebar. Tempat yang...