ー Saran dan kritik diperbolehkan dengan syarat gunakan bahasa yang sopan.
ー Tidak ada karya yang sempurna, tetapi setidaknya kita mau berusaha mencoba agar lebih baik🌷✨
ー Happy enjoy it!
◥◤◥◤◥◤
"SERU, KAN, REN?" Rama bertanya.
"SERU, BANG!" jawab Naren.
"KAPAN-KAPAN, KALAU HUJAN TURUN LAGI NANTI KITA MAIN KAYAK GINI, YA?" Ajak Rama.
Naren mengangguk. "IYA, BANG!"
Dari kejauhan, seorang laki-laki dewasa berkemeja biru muda sedang berteduh di sekitar taman kota, tetapi pemandangan di dalam taman mengalihkan perhatiannya. Laki-laki itu memperhatikan semua gerak-gerik Naren dengan saksama, dahinya mengerut dan merenungkan beberapa pertanyaan besar yang berkecamuk di kepalanya.
Sedangkan di sisi lain, Naren masih sibuk bermain air hujan. Tetapi, tiba-tiba kepala bocah itu mendadak terasa nyeri, ia meringis sembari memegangi kepalanya.
Rama yang menyadari Naren sedang bergeming di tempat, ia lantas bertanya. "Naren, kamu kenapa?" Rama terlihat sangat khawatir. Selang beberapa detik berikutnya, Rama membulatkan kedua matanya. "REN, HIDUNG KAMU KELUAR DARAH!" pekik Rama, laki-laki itu semakin dibuat khawatir dengan keadaan Naren lantaran darah yang keluar dari hidung bocah itu semakin banyak.
Naren langsung mengusap hidungnya, dan benar saja, cairan merah itu menempel di tangan Naren. "Keluar lagi?" lirih Naren.
Naren tersentak kala rasa nyeri di kepalanya semakin menjadi-jadi. Bocah itu merintih kesakitan. "Akhh... Sakiitt... Toloong..."
Rama memegangi kedua pundak Naren. "Ren, kamu sakit apa? Gimana kalau kita pergi ke rumah sakit?"
Ajakan Rama tak digubris oleh Naren, bocah itu masih merintih kesakitan, ia merasa seperti ada ribuan jarum yang menusuk-nusuk kepalanya. Selang beberapa detik kemudian, penglihatan bocah itu mengabur, Naren tak dapat mendengar suara-suara di sekitar, bahkan suara hujan pun tak lagi didengar. Tubuhnya mulai oleng ke bawah, sebelum Naren benar-benar memejamkan mata, samar-samar ia melihat bayangan seseorang yang sedang berlari ke arahnya.
"To-loongh..."
***
Di dalam ruangan bercat putih, Naren terbaring tak berdaya di atas brankar. Seorang dokter sedang memeriksa keadaan bocah itu atas permintaan seseorang beberapa saat yang lalu. Selesainya memeriksa keadaan sang pasien, dokter itu keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Naren bersama dengan seorang perawat.
"Dokter Kalandra," panggil sang dokter, saat ia baru saja keluar dari ruangan yang Naren tempati.
Laki-laki berkemeja biru itu bangkit dari tempat duduknya dan menghampir sang dokter. "Iya, Senior?"
"Sebelum membahas kondisi remaja yang Dokter Kalandra bawa, apa saya boleh bertanya lebih dulu?"
"Boleh, apa itu Senior?"
"Apa hubungan Dokter Kalandra dengan anak remaja itu?"
Kalandra bergeming sejenak, kemudian mulutnya mulai terbuka. "Dia adalah teman dari adik saya, Senior. Saya bisa menjadi wali sementara," jawab Kalandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me? || Zhong Chenle
Fiksi RemajaJika mendengar kata rumah, apa yang langsung terlintas dipikiran? Mungkin orang akan berkata; itu seperti sebuah bangunan hangat, yang setiap kita datang membuka pintu, akan selalu ada orang-orang yang menyambut kita dengan senyum lebar. Tempat yang...