ー Saran dan kritik diperbolehkan dengan syarat gunakan bahasa yang sopan.
ー Tidak ada karya yang sempurna, tetapi setidaknya kita mau berusaha mencoba agar lebih baik🌷✨
ー Happy enjoy it!
◥◤◥◤◥◤
Di sabtu malam, Naren dan Pradipta kini tengah berada di rumah Linda. Dua hari yang lalu Pradipta memutuskan untuk dinner di rumah Linda sembari membicarakan rencana pernikahan keduanya.
Di atas meja makan sudah terhidang beberapa makanan yang sengaja dibuat oleh Linda untuk menyambut kedua orang itu. Ini pertama kalinya bagi Naren mengunjungi rumah Harsa, sebetulnya Naren merasa tak nyaman, tapi ia tak bisa melakukan apa-apa.
"Ayo dimakan, Naren," ucap Linda, wanita itu menaruh sepotong paha ayam di atas piring Naren.
"Makasih, Tante." Naren mengangguk.
"Panggil aja Mama, Naren gak usah sungkan, ya?" kata Linda. Naren lagi-lagi hanya mengangguk dan tersenyum canggung.
Kemudian, suara Harsa terdengar. "Om, saya jadi penasaran, deh, pertemuan pertama Om sama Mama. Boleh diceritain, gak?" tanya Harsa.
Mendengar suara Harsa, Linda langsung menegur laki-laki itu. "Sa, tanyanya nanti aja. Gak sopan ngajak ngomong orang yang lagi makan." Wanita itu merasa tak enak hati pada Pradipta. "Mas, maafin Harsa, ya? Pertanyaan Harsa gak usah ditanggepin."
Pradipta menaruh sejenak alat makan yang sedang dipegang olehnya. "Enggak apa-apa, kok, Lin." Pradipta menatap Linda sembari tersenyum. "Saya mulai dari mana, ya?" sambung Pradipta, tatapannya mengarah ke Harsa.
"Dari mana aja boleh, kok, Om." Harsa menjawab.
"Dua tahun yang lalu, saya bertemu Linda di kantor. Waktu itu Linda masih jadi karyawan baru, Linda masuk ke departemen saya atas usulan dari pak Presdir. Dari sudut pandang saya, Linda adalah karyawan yang sangat giat bekerja, saya juga sering mendengar Linda sangat populer di kantor, banyak pria-pria yang suka dengan Linda, tapi selalu ditolak." Pradipta tertawa pelan. Ia mengingat salah satu rekan kerjanya pernah bercerita bahwa dia pernah menjadi salah satu korban penolakan dari Linda. "Linda adalah orang yang tegas dan independen, tapi di sisi lain dia juga bisa menjadi orang yang lemah lembut, itu yang membuat saya merasa menyukainya."
Pradipta mengakhiri sesi cerita tersebut, hal itu kemudian membuat Harsa menaikan sebelah alisnya.
"Waah... Om ternyata gak ada romantis-romantisnya, ya." Celetukan Harsa membuat Pradipta tertawa kecil. Sementara Harsa, laki-laki itu kembali mendapat teguran dari sang mama. "Kalau Mama sendiri? Gimana awal mula suka sama Om Pradipta? Ceritain dong Maaa... Arsa mau denger!"
"Kamu ini, tumbenan banget sih kepoan!" Linda mencibir sang anak, tetapi tak urung ia menceritakan tetang bagaimana ia bisa jatuh hati pada Pradipta.
Linda bercerita dengan pipi yang bersemu. Jujur saja, sebenarnya Linda sangat malu menceritakan hal tersebut langsung di depan Pradipta, tetapi mengingat minggu depan ia akan menjadi istri pria itu, maka Linda tak ingin ada rahasia yang ia sembunyikan.
Sementara itu di sisi lain, Naren hanya melihat ketiga orang tersebut tanpa berniat ikut menimbrung. Dalam pikirannya, Naren melihat ketiga orang itu seperti keluarga kecil yang bahagia. Naren juga memperhatikan gerak gerik sang papa yang kini terlihat senang. Sudah lama ia tak melihat senyum sang papa, terakhir kali Naren melihat senyum itu sebelum bundanya meninggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me? || Zhong Chenle
Teen FictionJika mendengar kata rumah, apa yang langsung terlintas dipikiran? Mungkin orang akan berkata; itu seperti sebuah bangunan hangat, yang setiap kita datang membuka pintu, akan selalu ada orang-orang yang menyambut kita dengan senyum lebar. Tempat yang...