"Ngapain lo ke sini?" Kalandra menghalangi langkah Aru dan Felysia untuk menerobos masuk ke kamar asrama anak-anak cowok.Aru menatapnya sengit, "Bukan urusan lo!" Ujar Aru sembari nekat ingin melewati Kalandra, namun cowok itu dengan kekuatannya menahan kepala Aru seperti ustadz yang sedang mengobati korban kesurupan. Aru berakhir jalan ditempat.
"Lo mau bikin masalah buat caper sama gue kan?" Tuding Kalandra membuat Aru berhenti memberontak dan memberi Kalandra tatapan remeh.
"Kocak lo! Gue mau ketemu Ben, panggil dia sekarang!" Perintah Aru mutlak.
"Mau ada urusan apa lo ketemu dia?" Tanya Kalandra masih betah melihat kejengkelan di wajah Aru.
"Dengar ya siapapun nama lo, gue nggak ada urusan sama lo, gue mau ketemu Ben, se.ka.rang. ngerti?" Aru dengan nekatnya lagi menarik kerah kaos yang Kalandra kenakan, tidak peduli jika ia mengancam seseorang yang badannya dua kali lipat dari dirinya.
Kalandra dibuat makin impresif dengan sikap Aru yang sekarang, ternyata cukup berjasa dirinya membuat kepala Aru terbentur di kolam renang.
Aru sudah tidak lagi mengekorinya kemanapun hingga ia di olok teman-temannya, atau pun membuat darahnya tinggi karena sikap berlebihan dan tolol cewek itu.
Seperti saat Kalandra berusia genap tujuh belas tahun beberapa bulan lalu, Aru malah menaburkan kembang tujuh rupa hingga mengotori seluruh Hope World dengan jet pribadi kakeknya atau membelikannya unicorn liar hasil lelang yang kemudian menyeruduk satpam akademi hingga cedera.
Masih banyak lagi hal gila yang Aru lalukan dan itu semua memalukan dan menjadikan Kalandra ilfeel pada Aru, meskipun jauh di dalam sana, Kalandra tidak sebenci itu pada Aru, ia memiliki perasaan yang kuat terhadapnya sebagaimana seorang alpha pada matenya. Tapi, ia tidak ingin menunjukkannya dan mengontrol diri dengan baik untuk terus memberi jarak dengan Aru.
"Oke, gue takut sekarang." Ujar Kalandra main-main, kedua tangannya diangkat ke atas. "Sekarang lo bisa lepasin gue?" Pintanya dengan nada seperti berbicara pada anak kecil.
"Panggil dulu Ben." Tegas Aru makin mengencangkan cengkramannya. Ia tidak punya banyak waktu untuk meladeni Kalandra dan sindrom Go Jun Pyonya.
"Gue bakal manggil Ben ke dalam kalo lo lepasin gue dulu.."
"Kalo gue nggak mau? Lo bisa aja kabur terus ngunci pintu kalo gue lepasin.." tantang Aru masih keras kepala. Sorot matanya tajam menyihir Kalandra, tidak ada ketakutan yang hidup di sana. Dia seperti bukan Arunika Manjali yang Kalandra kenal, ia baru menyadari setelah menatap mata Aru secara dekat.
"Kalo lo nggak lepasin," Kalandra menaikkan tangannya, kemudian menggenggam tangan Aru yang mencengkram kerah kaos tidur yang ia kenakan, matanya yang tajam membalas sorot mata Aru tak kalah manipulatif, lalu nada suaranya berubah rendah dengan membungkukkan sedikit badannya hingga wajah mereka terpaut beberapa senti, "Lo mau gue cium, disini, sekarang juga? Gimana pun lo tetap mate gue, dalam jarak dekat aroma lo bikin gue hilang kewarasan. Ngerti?"
Felysia menutup wajahnya dengan tangan melihat adegan dihadapannya tapi mengintip dari sela-sela jemari, ia pikir Kalandra benar-benar akan mencium bibir Aru.
Aru akhirnya melepaskan cengkramannya, Kalandra tersenyum lebar, merasa menang.
Kemudian ia bersikap biasa saja dengan membetulkan bajunya yang kusut. "Tunggu disini, gue panggilin Ben buat keluar, bisa kena masalah kalo lo malam-malam gini masuk kamar asrama cowok."
Sepeninggal Kalandra, Felysia langsung menghampiri Aru. "Anjir, lo dicium Kalandra?"
Aru menatap Felysia benci, "Ngaco lo!"
Felysia malah terkekeh geli, "Muka lo merah tuh! Gapapa kali, dia kan jodoh lo!"
Perkataan Felysia makin membuat kuping Aru panas, "Tau dari mana lo dia jodoh gue?"
"Semua orang juga tau, kalo lo mate Kalandra." Timpal Felysia tak cukup serius.
"Mate? Gue sama si Go Jun Pyo gadungan? Aturan dari mana njir, gue dijodohin sama dia?" Perkataan Felysia membuat kepala Aru tambah pusing, kenapa kehidupannya disini begitu rumit.
"Itu sudah kehendak Moon Goddess."
Moon Goddes. Dua kata yang paling Aru benci. "Moon Goddess, Moon Goddess, Moon Gooddess, gue muak dengar nama dia, yang mana sih orangnya?" Tanya Aru kesal.
Felysia menatapnya serius. Tampaknya penyakit Aru semakin parah, mungkin dia kerasukan iblis. "Aru, Moon Goddess itu dewa kalian para werewolf." Jelas Felysia merasa takut dengan sikap Aru.
"Gue nggak percaya dewa. Gue ateis." Jawab Aru makin membuat Felysia merinding.
"Indira nggak ikut?" Suara Ben menginterupsi percakapan Aru dan Felysia, Senan juga ikut keluar menyertainya. Wajah Ben tampak kecewa karena hanya ada Aru dan Felysia disana.
"Ben, darimana lo dapat es krim yang lo kasi ke Indira?" Tanya Aru langsung pads inti kedatangannya mengabaikan pertanyaan Ben barusan.
Mendengar hal sensitif yang dibahas Aru, Ben segera mendekatinya dan menutup mulut Aru, kemudian ia membawa cewek itu ke tempat yang agak tersembunyi di koridor diikuti Senan dan Felysia.
Tanpa mereka sadari, Bian dan Eros melihat mereka yang berjalan mengendap-endap. Kedua cowok itu memutuskan untuk membuntuti dengan diam-diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sapta Timira : The Evil is Back
FantasyArunika Manjali tidak pernah mengetahui jika dirinya ternyata adalah bagian dari makhluk supranatural. Selama ini jiwanya tertukar ke dalam tubuh manusia hingga umurnya yang ke 17 tahun tibalah saatnya ia menerima takdirnya setelah melewati skenario...