🍁13. Dongeng

140 30 0
                                    

Di ruangannya yang temaram Prof Ian tersenyum lebar melihat bola kristal birunya yang telah berwarna biru hampir sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di ruangannya yang temaram Prof Ian tersenyum lebar melihat bola kristal birunya yang telah berwarna biru hampir sempurna.

"Sebentar lagi mereka akan menemui takdirnya." Ujar Prof Ian pada Prof Emma yang berdiri anggun di belakangnya. "Aku harap kau jangan merusaknya lagi kali ini."

Mendengar penuturan Prof Ian, tangan Prof Emma terkepal. "Kau yang bermain curang duluan, kau selalu melenyapkan gadis iblis itu terlebih dahulu. Aku tidak akan membiarkan putraku mati berkali-kali tanpa kita tau bagaimana akhirnya jika kita tidak pernah ikut campur!"

"Nah, meskipun begitu setidaknya kau masih bisa mengontrol waktu dan melihatnya kembali, bukan? Bagaimana jika penglihatanku menjadi nyata dan jika gadis iblis itu tetap hidup, putramu yang akan binasa jiwanya dan kau tidak akan pernah melihatnya lagi selamanya?"  Prof Ian membalikkan badan dan mendekati Prof Emma, menyentuh pipinya yang halus dengan tangannya yang kapalan.

"Mari berjanji untuk tidak mencampuri takdir kali ini." Jawab Prof Emma dingin. "Bukankah kita impas, aku mengontrol waktu dan membuat kita berulang-ulang melalui hal ini dan kau juga membantuku dengan menghapus ingatan semua orang? Kita berbagi dosa yang sama."

Prof Ian mengeluarkan smirk mematikan. "Aku tidak melakukan semuanya untuk membantumu, tapi menghukummu yang telah berbuat tidak senonoh dengan anjing hutan itu sehingga melahirkan anak terkutuk yang memiliki mate seorang iblis. Langit menghukummu." Prof Ian mengakhiri perkataannya dengan mencengkram bahu Prof Emma yang bergetar ditempatnya berdiri.

Dosa. Dosa yang Prof Emma lakukan di masa lampau memang besar, bahkan dengan kekuatannya sebagai time controller terhebat di Black Shades pun tidak mampu membuatnya kembali ke masa itu dan membuat keputusan yang lebih baik.

Ia hanya enam belas tahun saat itu dan tidak memikirkan konsekuensi dari perbuatannya. Ia pikir ia hanya jatuh cinta dengan Alpha dari sebuah klan werewolf, siapa sangka jika hubungannya dengan Edmund berakhir tragis dan melahirkan kutukan bagi Black Shades.

Edmund adalah Alpha yang menjadi harapan bagi klan konglomerat berpengaruh di Black Shades, sementara Prof Emma berasal dari ras Black Mage; penyihir- yang merupakan kaum marginal di Black Shades dan selalu menjadi bahan kecurigaan masyarakat serta kerap menjadi kambing hitam jika terjadi masalah.

Edmund mereject mate nya karena telah mencintai Emma, meski hal itu berarti ia harus menahan rasa sakit seumur hidupnya, diasingkan oleh kaumnya, namun, takdir tetap memilihnya sebagai Alpha.

Para werewolf tidak mungkin membiarkan klan paling berpengaruh di Black Shades harus hancur karena memiliki seorang Alpha idiot seperti Edmund, mereka menduga Edmund memang diperdayai oleh Prof Emma yang berlatar belakang penyihir. Oleh karena itu mereka merencanakan untuk mengeksekusi Prof Emma.

Beruntung ada Prof Ian yang memiliki kekuatan Mind Eraser, sehingga ia menghapus ingatan orang-orang yang mengenal Prof Emma kemudian melarikannya ke berbagai dunia paralel.

Sapta Timira : The Evil is BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang