🌹21. Begin

126 27 0
                                    

"Hei, bangun!!!" Seth menepuk bergantian pipi Kalandra dan Aru, saat ia terbangun dari tidurnya, dua orang itu malah tertidur pulas pula mengapitnya di sisi kanan dan kiri di atas sofa ruang keluarga di belakang toko dengan menghadap piring pumpkin panties yang tak bersisa.

Seth sempat mencurigai keduanya memberinya ramuan tidur atau semacamnya dengan tujuan tertentu, makanya ia tidak membangunkan keduanya terlebih dahulu, melainkan melakukan pengecekan ke seluruh tokonya, lalu ke rumahnya yang tersembuyi dalam toko dengan sihir, namun nihil, semuanya tetap seperti sesaat sebelum ia tertidur tidak ada yang mencurigakan.

Apa semalam ngantuk tidak wajarnya disebabkan karena kekenyangan?

Mata Kalandra dan Aru perlahan terbuka, seolah baru mengalami mimpi buruk bersamaan. keduanya terlonjak begitu menemukan kesadaran, saling berpandangan seolah telepati setuju tentang sesuatu lalu beralih menatap Seth dengan kompak. Gerak-gerik yang mencurigakan.

"Ayo apa yang kalian lakukan semalam hingga terbangun seperti disambut kunti begitu, hah?" Seth berkacak pinggang.

Keduanya bergeming. Hanya menatap Seth dengan sorot mata yang serius, ada kesedihan yang mengambang di sana. Seth mengartikan keduanya malah sedih karena ia tuduh dan akan menangis, bagaimana pun mereka baru beranjak remaja dan Seth orang dewasa- Seth jadi tidak tega. "Oke, maafin gue." Katanya kemudian dengan nada yang lebih lunak.

Namun, anehnya tanpa menjelaskan apapun atau bahkan mengucap sepatah kata keduanya pergi meninggalkan toko dan mengabaikan Seth begitu saja. Belum ada diantara mereka yang ingin membahas kejadian yang baru saja mereka alami.

Tiba di asrama dengan rute rahasia Kalandra dibalik pohon dedalu raksasa keduanya tidak menemui masalah kecuali saat memasuki kamar asrama mendapati tatapan penuh selidik dari para roomatenya.

Indira sudah akan siap bertengkar dengan Aru atas tindakan kurang hajarnya menipu Indira lagi sebagai alat untuk memperalat Ben jika ia tidak cukup peka merasakan ada vibes yang berbeda dari Aru. Felysia yang telah siap bertanya pun berakhir bungkam, apapun yang terjadi, yang Aru lakukan pastilah buruk. Aura gelapnya makin bertambah.

Beda dengan kamar Kalandra, begitu masuk kamar ia disambut bogem mentah yang dilayangkan Senan. Ben yang baru keluar dari kamar mandi dengan ujung rambut masih meneteskan air memekik terkejut. Tak seperti biasanya, Kalandra yang anti mengalah malah diam saja dipukuli Senan.

"Lo pergi sama Aru kan?"

De ja vu, pikir Ben. Hanya posisinya dibalik.

Tapi, ia justru memilih mengunci mulutnya rapat-rapat atas kebodohannya yang begitu mudah diperalat Aru jika sudah menyangkut embel-embel Indira. Meskipun senang telah quality time dengan sang pujaan hati, Ben sudah ketar-ketir semalaman karena tidak menemukan Kalandra di mana pun dan dugaannya semua itu berhubungan dengan Aru.

Tanpa mengakui jika ia terlibat pada Senan secara tidak langsung, Ben membuat spekulasi jika kemungkinan besar mereka ke toko Seth Burgundi, namun toko itu telah tutup dengan lampu dimatikan dan terlihat sama sekali tidak ada yang tampak mencurigakan. Lama Ben dan Senan mengamati keadaan namun nihil. Tanpa adanya Seth, tokonya yang penuh sihir dan misteri tidak mudah dimasuki begitu saja, jadi mereka berdua memutuskan kembali ke asrama.

"Gue nggak ada energi buat ladenin lo." ujar Kalandra berterus terang, energinya seakan telah tersedot entah kemana, ia hanya menghapus tenang setitik darah yang keluar dari sudut bibirnya yang sobek dipukul Senan. "Gue sama Aru semalam ketiduran di perpustakaan dia minta ajarin gue beberapa materi untuk ujian minggu depan. terserah lo mau percaya atau nggak."

Melihat respon Kalandra yang santai, emosi Senan turun. tanpa mengatakan sepatah kata lagi, ia segera pergi meninggalkan kamar asrama untuk melarikan diri ke kelas lebih awal diekori oleh Ben yang secepat kilat berganti pakaian, ia tidak boleh membiarkan Senan tanpa pengawasan saat emosi atau cowok itu akan membuat masalah serius.

Sepeninggal kedua roomatenya, Kalandra dihadapan cermin kamar mandi melihat pantulannya di sana sembari memikirkan kejadian yang ia alami semalam. jadi, apakah benar jika dirinya bukanlah putra mahkota yang bakal menjadi Alpha pengganti ayahnya? dan orang itu adalah Senan?

jangan mempercayainya, kata-kata Aru terngiang-ngiang pula di kepalanya.

Siapa kini yang harus Kalandra percayai? Kemana ia harus bertanya? kepala Kalandra rasanya ingin pecah memikirkan semua teka-teki ini. ia harus memecahkannya bagaimana pun caranya. pertama-tama, Kalandra rasa ia harus mencari tau asal-usul Senan.

Meskipun Senan dan dirinya adalah roomate selama dua tahun dan cukup akrab sebelum Senan mulai peduli berlebihan pada Aru hingga hubungan keduanya berubah canggung dan penuh tensi, Kalandra hampir tidak tau apa-apa tentangnya. ia menyadari jika Senan memang tergolong social butterfly dan ekstrovert namun jarang ada yang membicarakan kehidupan keluarganya kecuali ia menyayangi neneknya yang katanya telah meninggal dunia dan fakta bahwa ia tinggal di rumah keluarga Ben, cukup menjadi pertanyaan. tampaknya Kalandra harus mulai dari situ dulu.

Usai menyelesaikan mandinya untuk bersiap-siap menghadiri kelas pagi Kalandra keluar dari kamar mandi dengan handuk terlilit di pinggang, saat ia akan mengambil baju di lemari ujung matanya menangkap sepucuk surat yang tergeletak di atas ranjangnya, seingatnya tadi tidak ada apa-apa di sana. menyadari hal itu Kalandra dengan cepat menoleh ke sekeliling, tidak ada tanda-tanda orang lain selain dirinya di kamar itu, kecuali fakta bahwa salah satu jendela kamar terbuka lebar dengan gordeng yang masih berkibar-kibar, Kalandra mendekat dan menemukan bulu burung tercecer di sana. surat itu baru saja di antar. Kalandra membukanya perlahan kemudian membaca isinya.

Temui aku diatas menara malam ini.

Seth Burgundi

Kalandra meremas surat itu kemudian membuangnya ke tong sampah. tampaknya perang benar-benar akan dikumandangkan.





Sapta Timira : The Evil is BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang