🌵17. Couple

143 30 0
                                    

Anjing tetaplah anjing bagaimana pun bermaknanya bagi Senan. Aru sudah punya firasat buruk tentang anjing sialan itu akan mengacau.

Senan dan Aru berakhir diseret bak karung beras oleh penjaga pasar malam. Pasalnya, mereka berdua adalah orang terakhir yang masih gentayangan di lokasi saat pertunjukan telah usai.

Waktu menunjukkan pukul dua dini hari dan eksistensi Yeontan seakan menyusut bersama malam yang berangsur mendekati pagi.

"Ikhlasin aja, Yeontan mungkin udah tenang di alam sana." Aru memang tidak disarankan untuk menemani orang yang sedang dalam kesusahan.

Mendengar perkataan Aru yang semudah bernafas, tatapan Senan tajam menusuk seperti samurai baru di asah.

"Gue yakin Yeontan pasti sembunyi disalah satu tempat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue yakin Yeontan pasti sembunyi disalah satu tempat. Plan terakhir, gue harus menggunakan telekinesis untuk memindahkan semua wahana dan stand disini. Walaupun gue harus diadili, walaupun tenaga gue habis dan berakhir mati disini,  demi Yeontan-" Senan menggantung kalimatnya yang serupa pidato dibumbui drama seperti tipikalnya lengkap dengan mata berkaca yang membuat Aru menguap menahan kantuk.

Harusnya Aru cukup paham jika terlibat dengan Senan selalu berujung sial.

"Kalian mencari Yeontan?" Suara seberat alam semesta membuyarkan Senan dengan dukanya dan Aru dengan kejengkelan tak berujungnya. Kedua sejoli itu menoleh secepat kilat menemukan kehadiran Kalandra yang menggendong Yeontan.

"TANNIE!!!!" Pekik Senan heboh sembari berlari menghambur ke arah Kalandra dan merebut Yeontan dalam gendongannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"TANNIE!!!!" Pekik Senan heboh sembari berlari menghambur ke arah Kalandra dan merebut Yeontan dalam gendongannya. "Tannie, maafin Ayah, apa Taennie tadi takut?" Tangis Senan benar-benar pecah.

"Kok lo bisa disini?" Tanya Aru menaruh curiga pada kedatangan Kalandra.

"Gampang, gerak-gerik Senan mencurigakan. Terus, gue ketemu Felysia di koridor, dia juga sibuk nyariin lo. Dan akhirnya kami sampai disini, setelah membuntuti kalian." Mendengar penjelasan Kalandra, Aru ingin komplen, tapi kedatangan Ben, Felysia, Indira, dan Jeviar yang ngos-ngosan membatalkan niat berbicaranya, ia malah menatap mereka semua heran.

"Kalian mau tawuran?" Tanya Aru masih dalam keheranannya.

"Sebagai paguyuban klub sejarah, kita harus saling menjaga. Kalian nggak boleh ketahuan melanggar aturan lagi. Bersatu kita teguh bercerai kita berantakan!!!" Jeviar maju ke hadapan Aru dengan berapi-api seperti orasi mahasiswa meminta penurunan BBM di kantor walikota dengan tangan terkepal ke atas.

"Gue nggak ngerti mau lo apa, keren lo ngelanggar aturan mulu?" Indira rasa bibirnya akan dower lebih cepat karena terus mengomeli Aru yang selalu membuat masalah.

"Urusan lo apa?" Jawab Aru nyolot.

Mendengar reaksi Aru, Indira bersedekap dada dengan smirk kecenya. "Lo nggak pernah ngehargain ya orang-orang yang peduli sama lo. Lo pernah nganggap kita teman nggak?"

"Gue nggak butuh teman, kalo lo haus pengakuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue nggak butuh teman, kalo lo haus pengakuan." Balas Aru judes.

Indira sudah akan maju untuk menjambak rambut Aru, jika tidak segera ditahan Ben dengan sigap. "Beb, udah beb. Nanti kita ditangkap penjaga keamanan!"

"Daripada saling menyalahkan, lebih baik sekarang kita mikirin jalan keluar gimana bisa balik ke asrama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Daripada saling menyalahkan, lebih baik sekarang kita mikirin jalan keluar gimana bisa balik ke asrama." Usul Felysia dengan ketenangannya yang tiada lawan. Hal itu diamini Kalandra.

Mereka bertujuh berakhir seperti kumpulan anak ayam, mencari tempat tersembunyi di mana mereka bisa berembuk. Di putuskan Kalandra akhirnya mereka menggunakan pendopo tua di tepi sungai yang terbengkalai.

"Gue punya usul!" Jev mengangkat tangannya. "Gimana kalo, Ben, Kalandra sama Senan berubah aja jadi serigala pulang lewat hutan terlarang, terus Indira sama Felysia jadi peri. Gue bawa Aru lari sekencang mungkin, gimana pun gue adalah juara satu lomba lari vampir sedistrik." Jeviar mengakhiri ide jeniusnya dengan raut bangga apalagi dengan prestasinya, ehm.

"Aru kesini sama gue, pulang juga sama gue. Lagian kita bawa motor." Timpal Senan sambil mencium Yeontan sepuasnya. Berpisah sebentar dengan anjing kesayangannya membuat ia rindu berat.

"Gue tau gue beban di sini. Tapi gue bukan benda yang bisa dititipin sama siapa aja. Gue mau pulang sama Kalandra." Ujar Aru diplomatis.

Kalandra menatapnya dengan senyum manis, "Good girl." Komentarnya dengan mengedipkan salah satu matanya.

"Fix, biar cepat, kita mencar aja biar nggak menarik perhatian. Gue sama Indira, Jeviar sama Felysia,  Aru sama Kalandra, Senan, lo sama Yeontan. Kayaknya Yeontan lebih patut dijaga.." Ben mengeluarkan pendapatnya. Ia hanya ingin rapat dadakan omong kosong ini segera berakhir; mereka bertaruh dengan waktu.

"Gue mau sama Felysia." Indira komen tidak terima Ben memutuskan seenak jidat.

Ben menatap Indira serius, "Gue bukan mau modus, tapi lebih aman kalo cowok dipasangin sama cewek. Biar saling melengkapi."

"Lah, kalo gitukan gue bisa sama Jeviar atau Senan.." Indira masih berusaha mematahkan argumen Ben.

"Dir, please?" Ben berkata tegas dengan menatap Indira tanpa raut kocak seperti biasanya.

Karena semua orang sudah lelah, mereka tidak punya waktu lagi untuk menyanggah Ben dan menghabiskan waktu untuk menyusun rencana pulang ke asrama.

Masing-masing orang mulai bersiap pulang dengan 'pasangannya' yang telah ditentukan.


Sapta Timira : The Evil is BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang