Lee Soo Hyuk #3

980 199 31
                                    

Lee Soo Hyuk yang sedang marah bukan hal yang menyenangkan untuk dihadapi bagi orang-orang di sekitarnya. Ia akan mulai membentak, memarahi siapapun tanpa ampun meski itu adalah saudaranya dan orang-orang tidak bersalah.

"Mengapa perusahaan ini mempekerjakan orang-orang tidak becus?"

Kakak perempuannya, Dara, memijat kening pusing. Jika begini terus, adiknya ini akan benar-benar memecat semua orang dan itu bukan hal baik.

Beberapa hari lagi akan ada acara launching produk elektronik baru dan Soo Hyuk ingin semuanya berjalan sempurna sesuai keinginannya. Yang menjadi masalah adalah terjadi beberapa kendala dengan pengiriman barang-barang dari pabrik utama.

"Seungri bilang barangnya sudah dalam perjalanan tapi terjebak macet,"

Soo Hyuk berbalik menatap Kakaknya penuh amarah. "Siapa yang menyuruh mereka harus mengangkutnya dengan truk? Gunakan helikopter!"

Dara menghembuskan nafas mengalah dan menelfon Kakaknya kembali agar secepatnya tiba di perusahaan sebelum adik bungsu mereka ini akan semakin murka dan menghancurkan semuanya.

"Tenanglah, kau marah-marah tidak akan menjadikan semuanya lebih baik."

Soo Hyuk terkesan tidak peduli, meski begitu ia sebenarnya sangat menghargai kedua saudaranya. Ia memutuskan mendudukan dirinya di sofa dan berusaha menenangkan pikirannya.

"Dan jangan lupa, untuk acara nanti kau harus didampingi pasangan. Itu ketentuannya."

Sial...

Baru saja Soo Hyuk merasa sedikit tenang dari sebelumnya, Kakaknya malah mengatakan hal menyebalkan. Ia mengumpat kasar yang hanya disambut lirih tawa dari Kakaknya yang memilih berjalan keluar dari kantor. Hingga kemudian ia kembali berbalik melempar tatapan penasaran pada adik bungsunya.

"Ah ya, Jiyong bilang kau mungkin sedang dekat dengan seorang wanita. Kenapa tidak ajak dia saja?" goda Dara kemudian akhirnya menghilang dari balik pintu.

Soo Hyuk mengepalkan tangannya kuat berpikir akan mencekik Jiyong saat ini juga. Itu tidak benar, Soo Hyuk tidak tertarik dengan wanita manapun. Menjalani hubungan asmara adalah bukan dirinya. Ia tidak mau melibatkan dirinya dengan hal-hal tidak berguna seperti itu. Lisa hanya seseorang yang ditemuinya secara tidak sengaja, dan bukan karena ia tertarik pada wanita itu, yang benar saja...

Soo Hyuk tidak peduli sama sekali padanya. Bahkan jika saat ini Lisa bersama dengan laki-laki lain, memeluknya atau menciumnya...

Arghhh!!! Soo Hyuk mengerang keras memukul meja kerjanya penuh amarah. Ia menelan ludah berat. Tidak bisa, ia tidak akan penah bisa menerima kenyataan Lisa menjadi milik orang lain. Membayangkannya saja sudah membuat Soo Hyuk ingin mencari siapapun laki-laki yang berani mendekati Lisa lalu menghajarnya habis-habisan.

Ini tidak benar... Soo Hyuk yakin ia sudah kehilangan kewarasannya.

***

Lisa berpamitan pada Rosé dan Jennie sebelum memutuskan pulang dan berjalan menuju halte bus. Tadi Jennie mampir ke toko dan mereka bertiga menghabiskan malam dengan makan di restoran milik keluarga Jennie. Mereka bertiga bersahabat sejak lama dan Jennie baru saja datang dari Paris untuk liburan musim dingin. 

Lisa menghela nafas sedih. Wanita seperti Rosé dan Jennie benar-benar beruntung bisa menjalani hidup mereka dengan menyenangkan dan memiliki orang tua lengkap. Berbeda dengan Lisa yang harus berjuang keras untuk bertahan hidup.

Tidak...

Lisa menggeleng kencang. Ia tidak boleh membandingkan kehidupannya dengan orang lain. Setiap orang sudah memiliki takdirnya masing-masing yang harus dijalani, bukan untuk dikeluhkan. Selain itu, Rosé dan Jennie sangat baik padanya. Jennie bahkan pernah mengajak Lisa berkuliah di Paris bersamanya dan mengatakan akan meminta bantuan pada ayahnya untuk mendapatkan beasiswa. Tawaran yang sangat menggiurkan, tapi Lisa menolaknya. Ia tidak ingin berutang budi dan menyusahkan orang lain.

Not So Blind DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang