Gray, Ian, and Hanbin #3

817 131 42
                                    

Warning!

Rate: M (deskripsi, bahasa, alkohol)

Setting tempat bukan di Indonesia. Budaya luar. Tidak untuk ditiru. Bijaklah dalam membaca. Akan ada banyak deskripsi yang tidak menyenangkan untuk dibaca.

Mari menjadi pribadi yg baik, tahu akan baik-buruk untuk diri kita masing-masing. Tidak bermaksud menggurui, hanya curhat.

!!! EDISI REVISI !!!

_Chapter 3_

The car was gone. Gray's car. Artinya saudaranya itu sedang tidak ada rumah dan ia benar-benar pergi bersama Lisa. Sial!

Munafik, gerutu Ian. Bukankah Gray sendiri yang melarang mendekati Lisa? Menganggap Lisa sebagai adik sendiri apanya! Mino dan Bobby saja tidak sebegitunya memperlakukan Lisa. Kenapa Gray merasa perlu membuat Lisa merasa spesial jika pada akhirnya hanya akan membuat gadis itu semakin tertarik padanya? Gray brengsek! Jelas-jelas ia hanya menginginkan Lisa untuk dirinya sendiri!

Ian merebahkan dirinya di sofa ruang tamu kesal. Harusnya tidak begini. Liburan musim panas selalu dilewatkan dengan menyenangkan seperti tahun-tahun sebelumnya bersama seluruh anggota keluarga dan tetangganya. Perubahan perasaan ini terjadi karena dirinya secara aneh tiba-tiba merasa tertarik pada Lisa meski ia tahu itu tidak pantas. Lisa adalah adik kecil mereka, bukan seseorang yang harus membuatnya tertarik, tapi lihat dirinya sekarang. Melihat Gray pergi bersama Lisa harusnya bukan hal yang perlu membuatnya uring-uringan, tapi kenyataannya itulah yang saat ini terjadi. Ian cemburu.

Ini semua salah Lisa! Kenapa Lisa harus muncul malam itu di pesta dengan penampilan yang begitu menarik di mata Ian? Kenapa Lisa tidak tinggal di rumah saja bersama Mama dan Neneknya seperti seharusnya?

Kenapa tidak? Lisa punya hak untuk itu. Yang salah adalah dirinya. Kenapa ia harus tertarik pada gadis kecil itu? Jika dirinya bisa bersikap normal, ini semua tidak akan terjadi. Ia tidak perlu merasa dongkol seperti sekarang hanya karena Lisa lebih suka menghabiskan waktu bersama Gray.

Sial!

Ibunya kemudian muncul dari arah dapur, menatap aneh ke arah anak laki-lakinya yang terlihat tidak bersemangat. Ian pada dasarnya adalah pribadi yang ekstrovert, senang bergaul, dan mencoba hal baru, supel, disenangi banyak orang. Sedikit bertolak belakang dengan Gray yang lebih suka menghabiskan waktu sendiri, meski tetap dekat dan dikenali banyak orang karena keahlian dan sikap murah hatinya. Keduanya memiliki pesona masing-masing.

Melihat Ian tidak bersemangat adalah hal yang jarang terjadi. Pertama kali Ian sedih akan sesuatu ketika Ayahnya mengajak Gray berlayar dengan kapal baru milik Ayahnya sedangkan dirinya waktu itu harus mengikuti kegiatan amal bersama Ibunya. Kedua, ketika Gray akhirnya meninggalkan mereka untuk berkuliah dan tinggal di luar kota. Ibunya paham meski Ian tidak menunjukkannya, pemuda itu sedih ditinggal oleh Kakaknya. Dan yang ketiga ketika tidak kunjung mendapat email penerimaan dari universitas. Entah sudah berapa kali ia curhat akan ketakutannya tidak diterima di universitas manapun, sehingga Ibunya perlu menenangkannya dan memberinya semangat.

Namun, kali ini jika Ian kembali murung seperti itu, rasanya bukan karena masalah universitas karena jika demikian, anaknya itu pasti akan langsung menemuinya dan bercerita. Sedangkan yang terlihat saat ini hanya seorang pemuda yang terlihat putus asa, dengan wajah yang terkadang sedih, lalu detik berikutnya seperti ingin menghajar seseorang, lalu akhirnya kembali kehilangan semangat. Jika Nyonya Durant tidak mengenal anaknya dengan baik, ia pasti sudah berasumsi bahwa Ian memiliki gangguan kejiwaan.

Terkadang ia berharap, agar anaknya tidak segera besar. Lihat Hanbin yang masih semangat menikmati hidupnya bersama Bobby. Melihat anak-anaknya tumbuh dewasa tetapi malah terlihat murung, bukan menjadi keinginan setiap Ibu di dunia ini.

Not So Blind DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang