Not So Blind Date

Gray, Ian, and Hanbin #2

Warning!
Rate: M (bahasa, alkohol)
Setting tempat bukan di Indonesia. Budaya bebas. Tidak untuk ditiru. Bijaklah dalam membaca... Dek.

Hari kedua di Grace Bay selalu dilewatkan dengan sarapan bersama antara dua keluarga di halaman belakang rumah dekat kolam renang. Ada banyak sekali makanan yang disiapkan oleh Mama juga Nenek Lisa dan Nyonya Durant. Mereka pada ibu-ibu juga Nenek sangat tergila-gila memasak dan kebiasaan itu mulai diturunkan pada anak-anak mereka. Gray, Ian, ataupun Hanbin memang laki-laki, tapi itu tidak menghalangi Ibunya untuk mencekoki mereka dengan berbagai ilmu tentang memasak. Padanya akhirnya, ketiga pemuda itu juga jago memasak, sama halnya dengan ayah mereka. Dan hal itu juga berlaku dengan keluarga Lisa. Bukan hanya Lisa yang wajib pandai memasak, tapi Mino bahkan Bobby sekalipun sudah diajari hal itu sejak kecil. Kedua keluarga ini bukan penganut budaya patriarki, mereka menghargai kaum perempuan dan berprinsip bahwa pekerjaan rumah termasuk memasak bukan hanya menjadi tanggung jawab perempuan tapi juga laki-laki.

Soal pesta semalam, bersyukur Bobby dan Hanbin tidak wasted ketika pulang ke rumah masing-masing ditemani Mino yang hanya minum sedikit semalam karena menghabiskan waktu make out dengan Jennie. Mereka tidak ingat pulang jika tidak menyadari bahwa ternyata Gray dan Ian tidak kembali ke pesta setelah terlihat membopong seorang gadis semalam. Begitu penjelasan Bobby.

Jika sampai ketahuan minum oleh kedua orang tuanya, mereka semua pasti akan dalam masalah besar, termasuk Gray, Ian, dan Mino yang meski sudah cukup umur untuk minum tapi membiarkan adik-adik mereka melakukan hal yang sama.

Ketika menyaksikan para orang tua sibuk mengobrol satu sama lain, Bobby menyikut Ian yang sedang mengambil garlic bread.

"Ceritakan soal gadis yang kau gendong semalam,"

Ian menegang. Jadi Bobby tahu? Padahal pikirnya mereka sudah mencoba pergi diam-diam semalam. Yah, Lisa memang tidak bisa diam, tapi Ian yakin tidak ada orang selain Gray yang tahu soal itu.

"Kau bicara apa," Ian pura-pura tidak tahu. Ia paling lemah kalau disuruh berbohong.

Matanya melirik Gray yang duduk di depannya meminta bantuan, sedangkan saudaranya itu malah bersikap tidak peduli, sibuk menikmati sarapannya dengan damai meski berpenampilan kusut baru bangun tidur. Yah, memang kelima pemuda itu belum ada yang mandi karena terlalu kecapekan semalam dan berakhir bangun kesiangan. Hanya saja ritual sarapan bersama adalah kegiatan wajib lainnya yang tidak boleh dilewatkan.

Ngomong-ngomong ke mana Lisa?

Semalam ketika membawa Lisa pulang ke rumah, Ian dan Gray memutuskan membawa gadis kecil itu ke rumah mereka ketimbang ke rumah Lisa. Alasannya adalah ketika mereka sudah di ambang pintu dan bersiap mengetuk, dari dalam terlihat Mama dan Nenek Lisa yang terlihat damai menonton acara televisi. Gray dan Ian tentu tidak tega melihat itu sehingga memilih membawa Lisa ke rumah mereka saja.

Mereka berakhir makan malam bersama dan bermain game sampai larut malam dan Lisa ketiduran. Gray dan Ian merasa seperti mengeloni anak kecil agar tidur. Jika sudah tidur baru akan ditinggal, tapi karena Gray bilang dia sudah tidak tertarik kembali ke pesta, akhirnya Ian juga memutuskan tetap tinggal dan berakhir tidur di sofa bersama mengapit Lisa di tengah-tengah. Ibunya membangunkan mereka beberapa jam kemudian dan menyuruh Gray dan Ian tidur bersama, sedangkan Lisa digendong ke kamar Gray tidur sendirian. Kamar Ian terlalu berantakan untuk dihuni seorang gadis. Lisa bisa saja pingsan nantinya, jelas Gray ketika Ian ingin membawa Lisa ke kamarnya. Setelah meletakkan gadis kecil itu di tempat tidur, Ian menatapnya lama dengan ekspresi teduh.

"Tetaplah menjadi gadis kecil, Lisa." lirihnya lalu mengecup lembut kening gadis itu.

Ketika kembali ke kamarnya, Gray sudah duluan memonopoli tempat tidur dan menendang semua barang-barang Ian yang ada di atas tempat tidur hingga terjatuh ke lantai.