Sarapan bersama dua keluarga di pagi itu terasa berbeda dari biasanya. Tidak. Perasaan itu hanya dirasakan Gray dan Ian. Adapun para orang tua terlihat masih mengobrol dengan seru, tertawa, sambil menikmati sarapan dengan nikmat.
Lisa tidak ada.
Bahkan setelah beberapa menit berlalu dan piring-piring mereka nyaris bersih, gadis itu belum muncul juga untuk ikut sarapan.
"Lisa tidak ikut sarapan?"
Semua orang menatap Gray yang akhirnya pertama-tama berani bersuara.
Nenek Lisa terlihat tersenyum. "Lisa sudah masuk kerja. Ia berangkat pagi-pagi sekali tadi,"
Gray dan Ian terlihat tertegun mendengar itu. Sedangkan para orang tua melanjutkan pembahasan soal Lisa yang begitu semangat bekerja untuk mengisi liburan musim panas. Ayah Lisa juga berkomentar soal Lisa yang ingin sekali memelihara seekor doberman, tapi belum mendapatkan izin untuk itu. Menjadi seorang dog walker membuat Lisa akan bisa merasakan sensasi memelihara anjing tanpa perlu benar-benar memilikinya.
Jangan pedulikan aku. Aku hanya akan menghabiskan waktu dengan bekerja saja selama musim panas.
Sial, rutuk Ian. Apakah gadis itu serius dengan ancamannya semalam?
"Jangan terlalu dipikirkan. Remaja labil seperti Lisa hanya akan mampu bertahan sehari dari menganggu kita. Aku yakin sepulangnya nanti ia akan kembali merengek minta diajak ke pesta." Mino lebih terdengar berusaha meyakinkan dirinya sendiri ketimbang menenangkan orang lain.
Dan sepertinya Gray tidak sepemikiran. Buktinya pemuda itu kemudian bangkit dari duduknya lalu pamit kepada para orang tua karena telah menyelesaikan sarapannya.
Ian melirik ponselnya yang menunjukkan kontak Lisa. Ia ingin sekali menghubungi Lisa sejak semalam tapi tak kuasa melakukannya. Foto profil yang semula bergambar Elsa sejenak berubah menjadi kosong, tanpa gambar sama sekali.
Sepertinya Mino benar menjuluki Lisa remaja labil. Hanya remaja labil yang setelah bertengkar dengan seseorang kemudian berakhir mencopot foto profilnya untuk menunjukkan 'I need space, stay away from me'. Lucu sekali.
"Aku juga sudah selesai sarapan," ujar Ian kemudian beranjak dari kursinya dengan mata terus menatap ponselnya.
Mino terlihat mengacak rambutnya kesal. Bohong kalau ia bilang tidak khawatir dengan sikap Lisa. Mungkin karena usia adiknya itu yang sebentar lagi menginjak 17 sehingga membuatnya lebih susah diatur dan perubahan perilaku yang mendadak seperti ini. Dulu ketika Lisa dijahili atau diganggu oleh Bobby, gadis itu tidak pernah peduli apalagi sampai menangis karena baper. Sekarang adiknya itu sudah lebih sensitif dari biasanya, bahkan bisa membuat Kakak-kakaknya kelabakan.
"Ada apa dengan Gray dan Ian sejak kemarin-kemarin? Mereka berubah menjadi tidak asyik lagi," komentar Bobby yang masih menikmati sarapannya.
Mino menghela nafas berat. Bobby dan Hanbin yang semalam pulang dalam keadaan mabuk sepertinya tidak ingin apa-apa soal kejadian semalam.
Hanbin sendiri terlihat lebih pendiam dari biasanya, hingga pemuda itu menatap Mino serius.
"Perasaanku saja, atau memang semalam Lisa menangis? Aku samar-samar mengingat itu. Sebenarnya apa yang terjadi semalam? Kedua kakakku tidak ada yang ingin mengajakku bicara, mereka menyebalkan,"
Bobby berhenti mengunyah, ikut menunggu jawaban dari Mino. Benarkah Lisa menangis? Kenapa?
"Lisa melihat kalian berdua di pesta semalam. Wasted. Make out dengan gadis-gadis,"
Bobby sejenak terlihat terkejut. "Oh, ayolah, apa yang aneh dari ciuman? Itu adalah tanda cinta?"
Mino mendengus mendengar itu. "Cinta? Kau mencintai sepupu Jennie yang baru kau kenal semalam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Not So Blind Date
FanfictionKumpulan oneshot Lisa. Oneshot Rate: PG-13 Genre: Canon, AU, Romance, Komedi Casts: YG Fam, Non YG Fam