Jay Enhypen

663 114 17
                                    

Seorang gadis terlihat mendorong kopernya menyusuri lantai bandara siang itu. Pesawatnya baru saja mendarat beberapa menit lalu dan saat ini dia sibuk mencari sosok yang akan menjemputnya. Tangan kanannya terlihat kewalahan memegang ponsel bermaksud membuat panggilan telepon sembari mengapit tas di bahunya yang sejak tadi terus melorot. Matanya menjelajah sambil sesekali menengok ponselnya menunggu panggilan diangkat. Ini pertama kalinya dia berangkat sendiri ke luar kota untuk mengunjungi adiknya dan bukan karena pekerjaan.

Mata Lisa sejenak tertuju kepada seorang gadis manis yang saat ini terus melambai ke arahnya. Tanpa banyak pikir, Lisa menyeret kopernya buru-buru sebelum akhirnya mengabaikan benda itu dan bergerak memeluk adiknya erat. Terakhir kali mereka bertemu sejak hari raya Idul Fitri dua tahun lalu.

"I missed you!" Lirih Lisa yang disambut tawa bahagia oleh adiknya.

Lisa adalah seorang gadis biasa yang bekerja di sebuah perusahaan yang juga biasa saja. Pertengahan tahun ini dia mengusulkan cuti di kantornya semata-mata untuk menghabiskan waktu bersama adiknya tercinta sekaligus healing bersama.

Adiknya, Somi, melanjutkan pendidikan pascasarjana di salah satu universitas ternama. Sembari menyelesaikan pendidikan itu, adiknya sering kali memintanya datang mengunjunginya sebelum dia kembali pulang ke rumah. Keduanya merupakan sahabat karib yang dikemas dalam wujud saudara kandung. Lisa akan memberikan apapun untuk adiknya begitupun sebaliknya. Jadilah, cuti 12 hari bagi Lisa akan dihabiskan bersama adiknya sebaik-baiknya.

***

"Mbak serius mau mendaki?" Tanya Somi di sela-sela kegiatannya menyeruput kuah soto. Karena terlalu lelah dan malas makan di luar, keduanya memutuskan memesan makanan dan menyantapnya di kostan Somi.

"Duarius. Mbak kan udah ngirim itinerarinya sama kamu pekan lalu."

Somi sebenarnya tahu. Dia hanya masih tidak percaya kegiatan liburan mereka akan benar-benar dihabiskan dengan mendaki.

"Bosen ah! Kirain mo ke LN! Singapura, Jepang, Seoul!"

Meski keduanya adalah sahabat yang begitu dekat, tak bisa dipungkiri perbedaan usia 4 tahun menunjukkan perbedaan selera di antara mereka.

"Bosen? Emang kamu pernah hiking?"

Somi berdecak tersinggung. "Plis, deh. Aku udah ke Bromo dua kali, Mbak!"

Lisa melempar tatapan skeptis. "Mendaki? Bukan cuma foto-foto aja?"

"Mendaki! Pake tangan, kaki, pake tenaga! Harus banget Somi bawain oleh-oleh tanah puncak Bromo buat Mbak percaya? Atau tulis pesan di kertas pake nama Mbak Lisa? Template banget,"

Lisa geleng-geleng sambil meletakkan sumpit dan mangkuknya.

"Kan gunungnya lain, Dek."

Somi mendesah kesal.

Lisa mengembuskan napas perlahan. "Kakak sejak dulu pengen banget ngerasain sensasi mendaki gunung, Dek." Dia mengangkat wajah dan menatap Somi sedih. "Dan kakak mau banget perginya berdua sama kamu. Tapi, kalau kamunya gak mau yah gak apa-apa. Kita pilih destinasi lain aja kalo gitu."

Somi menatap Kakaknya serius, merasa tidak enak setelah mendengar itu. Dia mengerti betul perasaan kakaknya. Dan kali ini harus dia yang mengalah.

Not So Blind DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang