Everybody Wanna Steal My Dad

1.1K 148 86
                                    

"Gimana, Mi?"

Sasha yang sedang menikmati sarapannya di meja makan menoleh saat mendengar suara mami yang sedang menelepon seseorang sambil duduk di sofa.

"Harus malem ini juga? Kok mendadak banget?"

"Terus papinya gimana sekarang?"

Lagi-lagi anak kecil berusia empat tahun itu menoleh sambil memasukkan sesendok sup jagung buatan sang mami ke dalam mulutnya.

Sepertinya mami sedang dalam pembicaraan yang cukup serius sekarang jadi Sasha memilih untuk tidak bertanya dan tetap melanjutkan sarapan sambil sesekali melirik ke arah sofa.

"Princess? Udah bangun ternyata..."

Gadis kecil itu kali ini beralih pada papinya yang baru saja naik ke lantai dua sambil membawa segelas kopi di tangan kanan.

Jeffrey mencium pipi putrinya gemas lalu ikut melirik saat suara Jennie yang sedang menelepon terdengar lagi.

"Iya, iya.. Nanti Kakak ngomong dulu sama Jeffrey."

Jeffrey yang merasa namanya disebut mengernyitkan kening namun memilih tidak bertanya dan ikut bergabung dengan Sasha di meja makan. Memperhatikan putri kecilnya sarapan.

"Enak, nggak?"

Sasha mengangguk ekspresif. "Enak dong, Pi! Buatan mami soalnya."

Jeffrey tersenyum lalu mengusap kepala anaknya dengan lembut.

"Papi, nanti rambut aku berantakan ih!" Tegur bocah itu sambil membenarkan poninya.

"Oh iya, I'm sorry, Princess..."

"Jeffrey." Panggil Jennie yang sekarang sudah mengakhiri panggilan teleponnya.

"Iya, Sayang?"

"Ke sini sebentar dong."

Jeffrey mengangguk lalu mencium pipi anaknya sekali lagi sebelum beranjak dari meja makan untuk menghampiri istrinya yang berada di sofa.

"Kenapa?"

Jennie menegakkan punggungnya lalu menghela napas saat Jeffrey sudah duduk di sebelahnya.

"Papi.."

"Iya?"

Perempuan itu berdecak pelan. "Bukan manggil kamu."

Jeffrey terkekeh. "Oh oke, oke.. Papi kamu maksudnya?"

"Iya, papi aku."

"Kenapa sama papi?"

"Papi sakit dan ternyata harus dirawat di Singapura."

Jeffrey menaikkan kedua alisnya cukup terkejut. "Separah itu? Bukannya kemarin udah better?"

"Iya, tapi ternyata drop lagi dan emang seharusnya dapet perawatan yang proper..."

Jennie menghela napas pelan sebelum melanjutkan. "Dan dokter yang ngerawat papi sebelumnya rekomendasiin rumah sakit di Singapura."

Laki-laki itu mengangguk paham mendengar penjelasan istrinya. "Terus gimana? Mami sama papi berangkat berdua aja atau kita temenin?"

"Itu dia masalahnya, Jef..."

Jennie melirik Sasha yang berada di balik pintu kulkas, hanya terlihat kaki kecilnya saja di sana. Sepertinya anak perempuannya itu sudah selesai dengan sarapan dan sekarang dia sedang sibuk mencari buah.

"Aku mau nemenin mami di sana karena nggak mungkin aku biarin mami jagain papi sendirian, kasian..."

"Hmm oke. Terus problem-nya di mana, Sayang?"

La Nostra CasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang