Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"When love feels like magic, you call it destiny. When destiny has a sense of humor, you call it serendipity."—Anonymous
***
Hampir jam sepuluh pagi keluarga besar Jeffrey dan Jennie sudah rapih dengan stelan milik mereka yang sudah disiapkan sebagai seragam untuk hari ini.
Jeffrey menatap pemandangan Bali lewat jendela besar di ruangan dia berada sekarang.
Laki-laki yang sudah lengkap dengan tuxedonya itu beberapa kali menghembuskan napasnya panjang untuk menghilangkan rasa gugup.
"Asik, kawin..."
Dari balik pintu muncul empat laki-laki yang juga sudah rapih dengan stelan jas mereka.
Ada Jonathan, Yeshaya, Ethan, dan Dean yang menghampiri Jeffrey dengan kekehan kecil karena melihat sahabat mereka yang nervous.
Ethan menepuk pundak Jeffrey pelan. "Santai aja, Jef. Muka lo tegang banget sih."
"Keliatan banget?" Tanya Jeffrey sambil mengusap tengkuknya sendiri.
"Parah."
Dean terkekeh. "Gila, gila.. malah lo yang nyusul Jonathan duluan daripada kita."
"Sebat dulu gak?" Tanya Yeshaya bercanda.
"Nggak lah, gila."
"Jef, stand by ya, lima menit lagi kita mulai."
Suara Seth dari pintu depan membuat kelima orang laki-laki di dalam ruangan langsung menoleh dan berdiri tegap. Memastikan penampilan masing-masing kalau sudah benar-benar rapih.
Jeffrey berdeham untuk menetralkan perasaan tegangnya. Ternyata hari ini tiba juga. Hari yang sebelumnya dia pikir tidak akan datang secepat ini.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jeffrey berjalan menuju altar kemudian menatap para tamu yang hadir hari ini.
Ada keluarga dan kerabat dekatnya yang menatapnya dengan senyum bahagia mereka.
