38. Don't Be Afraid

1.1K 170 138
                                    

Semakin dekat menjelang hari persalinan, ngidam yang Jennie rasa juga semakin aneh. Sebenarnya bukan yang aneh-aneh sih sampai Jeffrey harus manjat-manjat segala.

Cuma waktunya itu lho. Kadang kurang tepat.

Jam setengah satu pagi dengan keadaan hujan deras, Jeffrey dengan kaos putih dan celana pendek hitamnya menggenggam payung di depan minimarket dua puluh empat jam.

"Nggak ada, Sayang. Aku harus cari ke mana lagi?"

Suara Jeffrey terdengar lelah tapi entah kenapa Jennie belum mau menyerah dengan keinginannya makan cakwe. Jam sebelas malam tadi tiba-tiba saja dia bilang mau makan cakwe dan Jeffrey harus dapat.

Entah di mana lagi Jeffrey harus mencari tukang cakwe. Selama dua puluh delapan tahun dia hidup, sepertinya dia belum pernah menemukan tukang cakwe di jam setengah satu pagi.

Kalau memang ada tolong beritahu dia secepatnya karena jujur Jeffrey sudah pusing.

"Aku juga nggak tau, Jef. Pokoknya aku mau makan cakwe..."

Jeffrey ingin memijit pangkal hidungnya namun kedua tangannya sudah penuh dengan handphone dan payung. Dia tidak mungkin tega menolak rengekan istrinya. Dan lagipula jika tidak dituruti maka Jeffrey akan diteror habis-habisan oleh wanita hamil itu.

Jeffrey menunduk sebentar untuk melihat kakinya yang hanya beralaskan sandal jepit hitam yang terkena cipratan air hujan. "McD aja mau nggak? Nanti aku mampir ke McD dua puluh empat jam ya?"

"Gak mau, Jeffrey. Aku maunya cakwe masa dibeliinnya McD sih?!"

"Double cheeseburger masih kalah nih sama cakwe?"

Di sebrang sana Jennie tiba-tiba dilanda dilema. Saat suaminya menyebut double cheeseburger rasanya hati Jennie sedikit goyah.

Tidak bisa. Dia tetap ingin cakwe, tapi kalau Jeffrey mau beli cheeseburger juga tidak masalah asal cakwenya tetap ada.

"Double cheeseburger gak masalah tapi aku tetep mau cakwe ya pokoknya!"

Jeffrey menatap minimarket di belakangnya sekilas sebelum memilih untuk berjalan menuju mobilnya.

Sambil berusaha menutup payung, Jeffrey menjepit handphone-nya di antara bahu dan telinga. "Iya aku mau on the way ke McD dulu. Tapi kalau cakwenya nggak ketemu juga, gimana?"

Setelah payungnya terlipat sempurna dengan cepat dia menutup pintu mobil dan meletakkan benda penghalang air hujan itu ke jok belakang mobilnya.

"Ya aku kecewa aja paling."

"Babe..." Helaan napas panjang Jeffrey benar-benar menyatakan kalau dia sudah lelah dan ingin pulang.

Jennie terdengar berdecak pelan di ujung telepon. "Yaudah kalau nggak ada gak usah dicari lagi. Pulang aja kamu."

Nah kan, ngambek tuh istrinya.

Jeffrey menyalakan mesin mobil lalu memundurkannya, mengarahkan kemudi untuk membelah jalanan yang sepi ditemani hujan.

"Sayang, jangan ngambek gitu."

"Siapa yang ngambek sih?"

Setelahnya panggilan itu diputus sepihak membuat Jeffrey mendesah pelan dan meletakkan ponselnya dengan asal di jok samping.

"Fleur, kenapa sih seneng banget ngerjain papinya?" Gumam Jeffrey sambil bertanya pada udara.

***

Jennie melipat pakaian yang Jeffrey keluarkan dari lemari lalu setelahnya akan dipindahkan ke dalam koper.

Malam ini calon orang tua baru itu sedang menyiapkan barang-barang mereka untuk dibawa besok ke rumah sakit.

La Nostra CasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang