4. Magnum Classic

1.2K 205 38
                                    

"Oy! Samudra!"

Samudra yang sedang menyimpan susu vanilla ke dalam lemari pendingin menoleh. Ada Jeffrey yang berjalan menghampirinya.

"Kenapa, Bang?"

"Gue baca email tadi malem ada masuk satu lamaran. Ternyata satu kampus sama lo ya?"

Samudra terdiam sesaat sambil berpikir siapa teman kampusnya yang melamar pekerjaan di kafe ini.

Tapi tidak lama kemudian matanya sedikit melebar dan alisnya berkerut tidak yakin.

"Oh iya sih, Bang, ada kakak tingkat gue yang bilang mau lamar di sini. Tapi kirain nggak serius."

Jeffrey mengangguk paham. "Oke deh! Gue udah bilang dateng aja hari ini buat interview."

Setelahnya Jeffrey berlalu ke arah pintu keluar kafe. Tepat di sana dia berpapasan dengan Yeshaya yang menenteng kantung plastik hitam.

"Dari mana, Yesh?"

Yeshaya mengangkat kantung plastik yang dia genggam. "Dari ujung jalan sana beli ini. Tadi pagi gue liat ada tukang pempek terus jadi cravings."

"Ini gue beliin buat anak-anak juga sih."

"Oke. Eh iya, Yesh, ntar sore coba lo interview anak baru deh ya."

Yeshaya menaikkan kedua alisnya. "Lah, ada yang lamar?"

Jeffrey mengangguk. "Ada. Sekampus sama si Sam. Lo tolong interview dia tapi jangan galak-galak, nanti takut."

"Udah ada pengalaman jadi barista anaknya?"

"Nggak tau juga."

Yeshaya mendengus sambil menyipitkan matanya.

"Yeu, gimana sih si Bos?!"

"Yaudah lo atur aja lah nanti enaknya gimana. Tanyaian aja nanti pas interview."

"Terus kalau belum ada pengalaman gimana?"

Jeffrey terdiam sebentar. Tatapannya beralih pada langit siang cerah dengan awan yang bergerak tertiup angin.

"Yaudah gakpapa terima aja.. Anak-anak juga awalnya belum pada ngerti bikin kopi sama potong kue yang bener."

Yeshaya terkekeh lalu menganggukkan kepalanya mengerti. Dia membiarkan Jeffrey berlalu saat laki-laki itu bilang ada urusan di luar.

***


"Telepon atau gimana ya?"

"Eh tapi ada whatsappnya sih.."

Jennie memandang layar ponselnya yang menampilkan room chat kosong miliknya dengan tukang service AC. Tukang service itu tidak meletakkan foto apa pun di profilnya jadi Jennie tidak bisa mengetahui wajahnya.

Tapi ya buat apa juga kan?

Akhirnya dengan yakin dia mulai mengetikkan pesan pada tukang service tersebut dan mulai membicarakan janji temu service nanti.

Setelah selesai menentukan hari, Jennie langsung berguling-guling kecil di atas sofanya yang sedari tadi ia tiduri.

Cahaya matahari siang masuk ke dalam apartemennya jadi menambah kesan panas ditambah perutnya yang terasa nyeri karena datang bulan hari pertama.

Jadi siang-siang seperti ini yang terpikirkan oleh Jennie adalah memakan sesuatu yang dingin dan manis.

Perempuan itu bangkit dari sofa dan mulai mengecek isi kulkas.

La Nostra CasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang