Big Sister and Baby

1K 109 46
                                    

Mata bundar bening itu menatap jalanan dengan fokus. Kening dan hidungnya bahkan sampai menempel pada jendela mobil.

Jeffrey menoleh sedikit ke arah kursi penumpang, memastikan apa yang anaknya lakukan karena tiba-tiba saja suasana mobil menjadi hening. Padahal baru beberapa menit lalu anak perempuannya itu cerewet sekali bercerita tentang ini dan itu.

Sedetik kemudian tawa beratnya memecah hening. Jennie yang duduk di sebelahnya langsung mengalihkan tatapan dari buku yang dibacanya.

"Kenapa?" Sang istri mengernyitkan kening bingung.

Jeffrey tersenyum. Matanya melirik ke arah Sasha yang masih fokus menempelkan wajah di jendela. "Itu, liat aja anaknya."

Jennie menolehkan kepalanya ke belakang dan menemukan putri kecilnya yang tidak mengalihkan tatapan dari jendela mobil. Fokus sekali menatap sisi jalanan dengan wajah menempel pada kaca.

"Lama-lama wajah kamu bisa tembus keluar jendela," ledek Jennie dengan dengusan geli. Yang diledek langsung mengalihkan tatapannya pada sang mami. Hidung kecilnya mengerut tanda bahwa dia bingung. "Wajah siapa, Mami?"

"Kamu lah ..."

Sasha memegang wajahnya sendiri. Menangkup kedua pipi bulat kemerahannya dengan telapak tangan kecilnya. "Kenapa emangnya, Mi? Kok tembus?"

Jennie menutup buku bacaannya yang terasa sudah tidak menarik lagi. "Nempel banget sama jendela itu lho ... Emangnya nggak panas jidat kamu?"

Sasha menjauh dari jendela dan kembali duduk manis. Tangan kecilnya menyentuh keningnya sendiri. "Oh iya, panas ..." gumamnya pelan. "Padahal tadi enggak panas, Mi!"

Jennie kembali menoleh lagi ke arah belakang dengan hati-hati. Perutnya yang sudah besar cukup membuatnya kerepotan dan tidak bisa bergerak dengan leluasa.

"Tuh kan pipi sama hidungnya merah ... Kepanasan kamu." Tunjuk wanita satu anak itu saat melihat wajah kemerahan anaknya. Dia ingin mengusap pipi Sasha tapi rasanya tangannya sangat sulit bergerak ke belakang karena perut besarnya.

Jeffrey ikut menoleh sebentar sebelum kembali fokus pada jalanan. "Pusing nggak, Fleur?"

Sasha menggeleng cepat sampai poninya ikut bergoyang. "Enggak, Papi!" jawabnya semangat. Gadis kecil itu mencondongkan sedikit tubuhnya ke arah depan. "Kita mau ke mana, Mi, Pi?"

"Mau ke rumah sakit."

"Siapa yang lagi sakit emangnya?"

Jennie melirik Sasha sebelum tersenyum. Tangannya mengelus pelan perut buncitnya. "Nggak ada yang sakit kok."

"Terus kenapa ke rumah sakit?"

Jeffrey menarik dua sudut bibirnya dan ikut mengelus lembut perut istrinya. "Siap-siap mau ketemu adik bayi, Fleur, makanya kita ke rumah sakit. Mami needs a doctor's help to meet the baby," jelas Jeffrey. Laki-laki itu menatap Sasha yang manggut-manggut sok paham lewat kaca depan.

"Are you excited?"

Gadis itu semakin memajukan tubuhnya ke arah depan walaupun agak sedikit kesulitan karena seatbelt yang menahan tubuh kecilnya. "Yes! So excited." Mata bundarnya membentuk bulan sabit karena tersenyum senang. "I will be the big sister!"

"Yes you will, Sweetheart."


***

Setelah selesai menyantap Happy Meals yang tadi Jeffrey pesan, Sasha memilih untuk mewarnai buku gambarnya di sofa. Sedangkan di atas ranjang rumah sakit sana ada Mami yang sedang memakan makan siang yang disediakan rumah sakit.

La Nostra CasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang