22. Deja vu

1.2K 200 100
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***



Pagi-pagi sekali Jennie sudah berada di dapur, menatap tumpukan piring kotor bekas makan malamnya yang dia letakkan di wastafel.

Semalam Naomi hanya mampir untuk makan malam sebelum akhirnya pergi lagi untuk menginap di rumah temannya. Katanya ada banyak tugas yang harus dikerjakan.

Niat awal Jennie ingin mencuci piring-piring kotor itu tapi rasa tidak enak badan kembali menguasai dirinya.

Pada akhirnya dia hanya mengeratkan jaket yang melapisi baju tidur dan merebahkan diri di atas sofa.

Matanya menatap langit yang mulai berwarna dari balik pintu kaca yang menjadi pembatas antara ruang tengah dan balkon.

Hari ini Jennie sudah izin untuk tidak masuk kerja, dia benar-benar tidak ada tenaga bahkan hanya untuk sekedar membuat sarapan. Lalu tanpa sadar matanya terpejam secara perlahan kemudian dia terlelap.

Suara bel yang dipencet berkali-kali akhirnya berhasil membuat Jennie kembali pada alam sadarnya.

Perempuan itu sedikit menyipitkan mata saat cahaya matahari sudah menerangi ruang tengahnya. Dia melirik jam yang ternyata sudah menunjuk pada angka delapan.

Perlahan dia bangkit dari sofa dengan malas dan membuka pintu karena tamu yang datang ke apartemennya sepagi ini sudah sangat mengganggu.

"Lama amat, Buk!"

Jennie menatap Erland yang berdiri di depan pintu dengan datar. Laki-laki itu sudah rapih dengan kemeja hitamnya.

Lumayan aneh melihat Erland bisa tampil rapih sepagi ini.

Kemudian di tangan kirinya ada kantung plastik putih dengan logo yang entah apa namanya Jennie tidak tahu.

"Kenapa?"

"Gue masuk dulu boleh nggak sih ini? Pegel banget cuy."

Jennie tidak menjawab, perempuan itu hanya berlalu dari pintu yang kemudian diikuti oleh Erland di belakangnya.

Laki-laki itu membawa dirinya ke arah dapur dan meletakkan kantung plastik putih yang dia bawa tadi di atas meja makan. Mengeluarkan isinya di hadapan Jennie yang juga sudah duduk di sana.

"Lo izin karena nggak enak badan kan?"

Perempuan yang rambutnya diikat secara asal itu mengangguk pelan. Matanya memperhatikan gerakan tangan Erland di depannya.

"Tumben ya? Lemah amat."

Laki-laki itu sempat mengaduh sakit saat Jennie mencubit lengannya gemas kemudian dia beralih ke pantry untuk mengambil sendok dan meletakkannya di samping makanan yang dia bawa.

"Karena gue baik, nih gue bawain sarapan."

Jennie menatap makanan di depannya tanpa ekspresi. "Kenapa beliin ini?"

La Nostra CasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang