Lumière ( Chapter III )

142 21 10
                                    






*



"Aku tidak bisa jika harus seperti itu..."

Hanni lagi-lagi menggelengkan kepalanya dan menolak permintaannya Minji.
Pasalnya Minji memintanya untuk melakukan hal yang menurutnya terlalu errrr...




"Kau bahkan belum mencobanya kenapa sudah bilang tidak bisa? Ayo lah, Hanni. Apa susahnya? Kau hanya perlu membuat Jay jatuh cinta padamu dan mengikhlaskan kepergian ku, jadi aku bisa segera naik ke atas. Tadi kau sudah berjanji untuk membantu ku, kan?"

Minji kembali berusaha untuk membujuk Hanni untuk membantunya. Karena tanpa bantuan gadis itu maka Minji tidak akan bisa menyelesaikan urusannya dengan lebih cepat.



"Aku akan membantumu, Minji-ssi. Tapi masalahnya hal yang kamu minta itu di luar kemampuan ku. Bagaimana mungkin aku bisa membuat orang yang sama sekali tidak ku kenal jatuh cinta? Terlebih lagi padaku, itu... hal mustahil."

Hanni kembali menolak dengan halus permintaan Minji. Masalahnya, Hanni hanya manusia biasa yang mungkin di beri sedikit kemampuan bisa melihat makhluk tak kasat mata dan hanya itu saja, tidak lebih. Gadis itu bukan dukun atau paranormal yang bisa menjodoh-jodohkan orang atau menyihir seseorang.



"Siapa bilang itu mustahil? Kau tidak sendirian, Hanni. Aku akan membantumu. Aku yakin dengan bantuan ku hal itu tidak akan menjadi mustahil. Aku tau apa-apa saja yang Jay suka maupun yang tidak dia sukai. Kita bisa berusaha bersama-sama dan membuat hal itu tidak lagi menjadi sebuah kemustahilan, Hanni. Aku akan membuat Jay menyukaimu."

Minji kembali meyakinkan Hanni agar dia bisa membantunya, bahkan kini tangannya juga menggenggam tangan hangat Hanni.



"Lalu bagaimana dengan ku? Kenapa kamu tidak memikirkan bagaimana perasaan ku nantinya? Bukankah permintaan mu... sedikit egois? Kamu hanya memikirkan kepentingan mu sendiri... Dan bagaimana jika ternyata dia juga sudah memiliki orang lain yang dia sukai?"

Hanni menatap Minji nanar. Sedangkan Minji hanya diam. Hanni tak habis pikir dengan Minji. Dia tau cinta tidak sesimpel itu. Kalaupun dia tau semua hal tentang pria yang Minji maksud lalu Hanni harus apa setelah itu? Pria bernama Jay itu saja masih sangat mencintai Minji dan belum bisa ikhlas akan kepergiannya. Hanni benar-benar tidak ingin terlibat, gadis itu kira tadinya Minji hanya meminta bantuan untuk menyampaikan pesan terakhir atau sejenisnya.




"Jay... Saat ini dia hanya memiliki dirinya sendiri, Hanni. Aku selalu mengikutinya kemanapun, baik saat aku koma hingga kepergian ku beberapa bulan lalu. Dia hanya sibuk dengan pekerjaannya. Jay menghabiskan waktunya dengan sibuk bekerja, bahkan di waktu senggangnya. Semua dia lakukan agar tidak lagi memikirkan ku dan larut dalam kesedihannya. Tapi kau tau kan aku masih stuck disini karena apa? Jadi ya..."

Minji kini mulai pupus harapan, dia baru sadar jika perkataan Hanni ada benarnya. Harusnya dia juga memikirkan perasaan Hanni bukan hanya kepentingannya sendiri.




"Maafkan aku, Hanni. Har–"







*Teeeet~
*Treeeet






Ucapan Minji terpotong karena tiba-tiba saja bel flat Hanni kembali berbunyi.




"Tunggu sebentar, ya. Aku akan melihat siapa yang datang."

Setelah menyuruh Minji menunggu Hanni beranjak dari kamar dan berjalan ke pintu depan.

Sebelum membuka pintunya lagi-lagi Hanni mengintip ke lubang intip untuk mengetahui siapa yang datang. Matanya membelalak saat melihat seseorang yang berada di depan pintu flatnya. Itu Lee Heeseung.

Espace vide de HanniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang