Void ( Chapter V )

220 24 11
                                    


( 🔞 free skip sebab ada adegan dewasanya, ya walaupun enggak full chapter gituan sih .gg 😳 )



*

Entah sejak kapan mereka sudah berpindah ke sofa panjang, Hanni pun tidak tahu. Posisi gadis itu lebih buruk dari sebelumnya, dimana Jay benar-benar menindih tubuh bagian bawahnya bahkan Hanni tidak bisa memukuli pria itu lagi karena kedua pergelangan tangannya di cengkram kuat oleh Jay.

Saat ini Hanni benar-benar merasa lemas, lima belas menit berlalu dan Jay sama sekali tidak menjeda ciumannya barang satu menit saja. Sepertinya pria itu benar-benar kesetanan.

"Udah... Emmhh! Aku enggak mau!"

Akhirnya Hanni bisa sedikit lega karena Jay akhirnya berhenti untuk mencumbu bibirnya.

Gadis itu kembali menggeliatkan tubuhnya saat ciuman Jay turun ke area leher. Kepala Hanni bergerak gusar karena merasa hisapan di kulit lehernya, gadis itu kembali berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan cengkraman Jay dari pergelangan tangannya.

"Lepasin! MAMA! MAmhmmpp!"

Baru saya Hanni ingin teriak lebih kencang agar Mama nya mendengar suaranya, Jay malah kembali berusaha untuk melumat bibirnya. Bahkan pria itu juga berusaha untuk memasukkan lidahnya. Hanni mati-matian mengatupkan bibirnya dan menolak ciuman paksa dari Jay.

Jay menjeda ciumannya dan menatap Hanni dengan tatapan mengintimidasinya.

"Jangan berteriak atau saya akan benar-benar menyetubuhi mu di atas sofa ini."

Pria itu tersenyum miring saat merasa ancamannya ternyata membuahkan hasil. Hanni mendadak menjadi sedikit tenang, namun raut wajah ketakutannya masih sangat ketara.

Jay perlahan melepaskan cengkeramannya dari pergelangan tangan Hanni. Tangan pria itu kini bergerak untuk melepas kaos big size yang Hanni kenakan, tapi pergerakannya ditahan oleh Hanni.

"K-katanya kan..."

Hanni mendadak gugup karena Jay terus menatapnya dengan sorot mata yang sulit untuk dijelaskan.

Jay menghela nafasnya, pria itu tahu kalimat selanjutnya. Sebelum lebih jauh lagi sepertinya Jay memang harus benar-benar menghentikan tindakan gilanya. Apalagi Hanni sedang dalam masa periodicity-nya, yang ada malah nanti terjadi pertumpahan darah.

Jay akhirnya mengalah dan membenarkan posisi duduknya. Dia tidak lagi menindih tubuh Hanni.
Pria itu duduk di ujung sofa dan memakan cookies yang Hanni bawa tadi.

Sekarang akhirnya Hanni benar-benar bisa merasa lega. Gadis itupun dengan segera mengubah posisinya menjadi duduk sambil memeluk kedua lututnya, lengan sofa di belakangnya ia jadikan sebagai sandaran punggung.

"Kenapa... K-kenapa kau melakukannya kepada ku?"

Sebenarnya Hanni masih sedikit takut dan waspada pada Jay, tapi rasa penasarannya lebih tinggi.

"Bukannya sudah jelas? Tadi saya sudah mengatakannya."

Jay menjawabnya dengan kelewat santai, kini pria itu berjalan ke dapur dan mengambil air mineral untuk di minum.

"Aku masih belum paham..."

Hanni bingung dengan ucapan Jay. Kenapa pria itu tiba-tiba saja membawa-bawa nama Jake. Apa itu cuma alasan untuk membenarkan tindakannya?

Jay kembali berjalan ke arah Hanni dan memberikannya segelas air hangat. Gadis itu tidak serta merta menerimanya, dia takut jika Jay diam-diam mencampurkan sesuatu ke air minuman itu.

"Apa yang kau pikirkan? Saya tidak mencampurkan apapun. Saya tidak serendah itu."

Jay berkata demikian karena tatapan Hanni padanya. Pria itu meraih tangan Hanni agar memegang gelasnya sendiri. Jay kembali duduk disamping Hanni.

Espace vide de HanniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang