Pandora ( Chapter II )

97 14 7
                                    

ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
*BYUUUR!
*BLUP~
*BLUP~
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
Jay menyemburkan dirinya ke dalam rawa untuk mencari keberadaan gadis yang memanggilnya dengan sebutan Lucca. Pria itu melihat ke segala penjuru dan berharap menemukan sang gadis, langit yang mulai gelap membuat pandangannya di dalam air menjadi semakin minim.

Tak pantang menyerah, Jay pun menyelam lebih dalam. Dia baru tau jika rawa-rawa bisa sedalam ini dan... gocha! Pria itu melihat sang gadis yang sedari tadi dicari-cari nya.

Dengan cepat Jay menarik dan mendekap pinggang gadis itu kemudian berenang ke permukaan. Setelah sampai di tepi sungai, Jay membaringkan gadis itu ke tanah dan terduduk di sampingnya.ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ

"Heh, bagun! Woi dek? Cewek? Heh?!"

Jay kebingungan harus memanggilnya dengan sebutan apa. Pria itu menenepuk-nepuk pelan pipi gadis itu. Dia juga mengecek keadaan gadis itu dengan menaruh ruas jarinya di bagian urat nadi sang gadis.
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
'Masih berdenyut, tapi tipis-tipis hampir gk berasa.' — batin Jay.
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ

Karena tidak ingin membuang-buang waktu Jay pun memberikan nafas buatan kepada gadis tersebut. Dia mengambil napas seperti biasa dan meniupkan udara secara perlahan ke dalam mulut sang gadis. Namun selang delapan detik setelahnya, bertepatan saat Jay hendak melakukan resusitasi jantung paru dengan tangannya, dia malah dikejutkan dengan tatapan mata sang gadis yang mengarah langsung ke padanya. Iris mata abu-abu dari sang gadis menatapnya seakan penuh tanya.
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ

"Lucca?"

Panggil gadis itu kepada Jay. Kali ini dia bangun dan duduk berhadapan dengan Jay. Gadis tersebut tampak memiringkan kepalanya sambil terus memperhatikan Jay dengan seksama. Jay sendiri yang diperhatikan sebegitu dekatnya merasa gugup dan kurang nyaman.
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ

"B-bukan njir, gua bukan Lucca. Lu salah orang."

Jay menjawab sekenanya. Tangan pria itu sedikit mendorong dahi sang gadis karena wajahnya terlalu dekat dengan wajah Jay.
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ

"Bukan? Apa benar... bukan Lucca? Tapi sekarang kau adalah Lucca kan?"

Ucap gadis itu lagi, dia mengerjakan mata indahnya lalu tersenyum manis dan hendak memeluk Jay namun tentu saja karena pria itu lebih sigap, jadi dia kembali mendorong pelan dahi gadis itu agar menjaga jarak darinya.
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤ
"Gk! Mau sekarang atau di masa depan, gua juga bukan Lucca. Sorry-sorry aja ya, walaupun lu cantik tapi jangan main peluk-peluk begitu dong. Gua ini udah punya pacar, dan gua itu setia."

Jay berucap tegas agar gadis di depannya itu tidak genit atau main-main dengannya. Ekspresi wajahnya pun di buat sejutek mungkin agar gadis itu menjaga jarak darinya.
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤ

"Pacar? Tanaman?"

Sang gadis kembali mengerjakan matanya dan sedikit terlihat kebingungan dengan ucapan pria di depannya.

Sedangkan Jay seketika memasang ekspresi datar setelah mendengar ucapan gadis itu. Rasa hati, Jay ingin mengumpat di depan gadis itu tapi di urungkanlah niatnya tersebut. Pasalnya dia sadar bahwa dia masih berada di hutan yang entah mengapa terasa amat pengap, berbeda jauh dengan sebelumnya. Ditambah lagi ada kemungkinan jika gadis cantik di depannya itu bisa di manfaatkan untuk menolongnya agar bisa keluar dari hutan.
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ

Espace vide de HanniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang