PROLOG

4.6K 139 14
                                    

The War Of Hearts Begins🥀
.
.

Suara gemuruh dari langit terdengar memekakkan telinga, gadis itu melepaskan jas hujan berwarna pink terang yang terlihat menggemaskan saat ia yang memakainya. Misha mengibaskannya dua kali lalu menyampirkan atasan jas hujannya lalu disusul dengan celananya di sebuah papan tulis besar yang terletak di ujung koridor dekat dengan pintu masuk karyawan.

“Mana basah lagi,” keluh Misha saat celana bahan beserta sehelai apron yang ia pakai tetap basah meskipun dirinya memakai jas hujan. Misha melepaskan apron yang memiliki panjang sebatas pahanya, kemudian berjalan menuju ke arah kamar mandi karyawan yang berada di samping office banquet lalu memeras apronnya di wastafel.

Tes

Tes

Tes

Setelah selesai, ia lalu menggantung selembar kain itu dengan paku yang berada di samping wastafel.

“Shafira?”

Misha mengeraskan suaranya untuk memanggil teman sekelasnya. Ya, Misha dan Shafira adalah siswi Sekolah Menengah Kejuruan yang kini sedang melakukan training di salah satu hotel ternama di Indonesia, tepatnya di Yogyakarta.

Sebenarnya ketika mendaftarkan diri untuk interview, Misha datang bersama empat temannya termasuk Shafira, tapi siapa sangka ternyata hanya dua orang yang diterima untuk training di hotel bintang 5 ini?

Drrttt

Ponsel milik Misha bergetar, gadis itu melihat layarnya yang menyala dan menampilkan sebuah pesan dari grup chat ‘Banquet Team’ yang isinya merupakan empat belas training. Parahnya dari sekian banyak trainee, hanya Misha, Shafira serta Eva saja yang merupakan trainee perempuan, sisanya adalah lelaki semua.

Awalnya Misha memang heran dan syok, tapi setelah hampir tiga bulan lamanya ia di departemen food and beverage service, tepatnya di banquet team, rasanya sudah tidak heran karena pekerjaan mereka bagaikan kuli.

Rangga;
Teu bisa balik Wak
Nunggu terang dulu inimah

Rangga adalah salah satu trainee yang berasal dari daerah Jawa Barat. Misha tersenyum, merasa lucu ketika mengingat Rangga yang berusia empat tahun di atasnya itu mengobrol menggunakan bahasa Sunda dengan dua temannya, yaitu Eva dan—

“Misha?”

—dan Reinard. Meski Reinard tidak berasal satu daerah bersama Eva dan Rangga, namun pria itu sangat lancar berbahasa Sunda. Apalagi jika ketiganya digabungkan. Ugh, Misha pernah menyaksikan mereka bertiga berdebat dengan bahasa Sunda, dan itu membuatnya sangat bingung untuk dapat memahami apa yang mereka perdebatkan.

“Kak Reinard,” sapa Misha balik. Gadis itu menelan ludahnya saat melihat Reinard—seniornya yang hampir menyelesaikan trainingnya di sini berjalan dari arah diswashing area menghampirinya.

Uniform press body yang lengan dan bahunya terlihat sangat sesak di pakai oleh Reinard, celana hitam yang membalut kaki pria itu, serta sepatu formal yang ketukannya sangat mengganggu telinga Misha... Entah mengapa keberadaan Reinard selalu bisa membuat Misha gugup. Apa karena Misha kagum, menyukai atau karena suatu hal lain hingga Misha bisa menjadi seperti gadis tolol di hadapan lelaki itu.

WAR OF HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang